REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR RI Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Muhaimin Iskandar mengaku dimarahi sang istri Rustini Murtadho karena alokasi dana bantuan penanggulangan Covid-19. Menurut Muhaimin, istrinya menyebut dana sebesar Rp 695,2 triliun seperti tidak terasa dampaknya.
"Istri saya, kebetulan ikut juga hari ini, selalu ke mana-mana, mana (bantuan) triliunannya, kok, enggak terasa, begitu. Seolah-olah saya pemegang kendali triliunan itu dimarahi sama istri saya," kata Cak Imin, sapaan Muhaimin, di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, Jakarta, Rabu (12/8).
Cak Imin sudah berupaya menjelaskan bahwa dana tersebut dialokasikan untuk kesehatan, perlindungan sosial, sektoral K/L dan pemda, dukungan UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah), pembiayaan korporasi, dan insentif usaha. Akan tetapi, sang istri tetap sewot.
"Terasa pun tidak," kata Cak Imin meniru ucapan istrinya.
Contohnya di bidang pendidikan, ketika Cak Imin mengajak istrinya keliling desa-desa, mereka bertemu aktivitas anak sekolah di desa yang katanya libur 5 bulan. "Ketika kami keliling desa, kami lihat anak-anak di desa sudah libur 5 bulan. Libur, bayangkan, libur tanpa pakai program. Kalau libur pakai program masih lumayanlah. Ini libur tanpa arah," kata Cak Imin.
Lebih lain lagi di Jombang, tempat kelahiran Cak Imin. Ia mengatakan, di sana ada sebuah kabar menarik tentang siswa didik yang mencari sinyal internet sampai dapatnya di kuburan.
Gara-gara itu, Cak Imin jadi teringat sebuah guyonan tentang adanya sinyal di kuburan. "Ketika wifi belum ditemukan, itu memang menggunakan kuburan untuk mengambil sinyal langit," kata Cak Imin.
Lain pula cerita sekolah daring di Nusa Tenggara Barat (NTB). Di salah satu daerah di sana, kata Cak Imin, ada siswa yang mencoba mendapatkan sinyal dengan menaiki pohon.
"Ini darurat pendidikan Indonesia seperti ini, saya bilang kepada Telkomsel. Waktu itu Menteri BUMN mau bikin pemancar, apa itu istilahnya, ya, base transceiver station (BTS)," kata Cak Imin.