Kamis 13 Aug 2020 10:10 WIB

Kasus Capai 2.363, Bandung Waspada DBD

Warga yang meninggal akibat terserang penyakit DBD mencapai 12 orang.

Rep: M Fauzi Ridwan/ Red: Agus Yulianto
Suasana di salah satu ruangan bangsal anak khusus pasien terserang demam berdarah dengue (DBD).
Foto: Antara/Kornelis Kaha
Suasana di salah satu ruangan bangsal anak khusus pasien terserang demam berdarah dengue (DBD).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung mencatat sebanyak 2.363 kasus penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) telah terjadi sejak Januari hingga Juli 2020. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk selalu menerapkan pola hidup bersih, terlebih Bandung merupakan kawasan endemis DBD.

"Hingga Juli mencapai 2.363 kasus DBD tercatat di kita, mayoritas terbanyak nggak jauh beda seperti biasa (tahun lalu). Terbanyak usia 5-14 tahun anak sekolah, laki-laki 467 orang dan perempuan 400 orang," ujar Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Kota Bandung, Rosye Arosdiani saat dihubungi, Kamis (13/8).

Dikatakannya, 803 orang usia 15 sampai 44 tahun ikut terkena penyakit FBD dan sisanya merupakan usia 45 tahun ke atas. Selain itu, warga yang meninggal akibat terserang penyakit DBD mencapai 12 orang.

Menurutnya, kasus DBD tahun ini lebih rendah dibandingkan 2019 kemarin. "Tahun lalu banyak pisan di Januari-Februari, kasusnya banyak. Tahun ini lebih rendah dari tahun kemarin. Kasusnya sekarang ini menunjukkan--walaupun (pandemi) covid-19--,DBD tertangani," katanya.

Rosye mengatakan, di tengah pandemi covid-19, masyarakat yang terserang DBD dan menunjukan gejala demam akan diperiksa terkait covid-19 dan demam berdarah. Katanya, kasus DBD yang mencapai 2.363 terbilang tinggi di Kota Bandung.

Selain itu, sosialisasi tentang upaya pemberantasan sarang nyanuk dan pemantauan jentik nyamuk dilakukan secara online. Menurutnya, keberadaan masyarakat di rumah saat pandemi covid-19, seharusnya sadar untuk menerapkan pola hidup sehat berjalan dengan baik.

Rosye mengatakan, berdasarkan angka bebas jentik di masyarakat mencapai 90 persen, menunjukkan kesadaran masyarakat cukup baik, tapi kasus DBD masih banyak. Oleh karena itu, kata dia, harus dicari sumber sarang nyamuk.

Di masa pandemi covid-19, aktivitas sekolah diliburkan dan siswa belajar di rumah. Katanya, kondisi tersebut dikhawatirkan sekolah tidak terperhatikan saat hujan terjadi.

"Nggak ada yang memperhatikan, apakah jadi sumber, bisa jadi sumber gak ada yang memperhatikan," katanya. 

Menurutnya, permasalahan tersebut menjadi pekerjaan rumah bersama. Pihaknya sudah menyampaikan permasalahan tersebut kepada camat agar sekolah-sekolah di masa pandemi covid-19 melakukan pemberantasan sarang nyamuk.

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement