REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) melalui Marketing Operation Region (MOR) III terus mendukung peningkatan ruang gerak dan aktivitas UMKM di masa adaptasi kebiasaan baru. Salah satunya bersinergi dengan outlet atau pangkalan Liquified Petroleum Gas (LPG) atau elpiji melalui Program Kemitraan Pinky Movement.
Pinky Movement merupakan program pinjaman modal usaha dari Pertamina kepada outlet atau pangkalan elpiji yang juga termasuk pelaku UMKM, untuk mengembangkan usahanya dengan menjual elpiji Nonsubsidi. Program ini juga bertujuan untuk mengedukasi pelaku UMKM dan masyarakat mengenai penggunaan elpiji yang lebih tepat sasaran, sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 104 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri ESDM Nomor 26 Tahun 2009, yang mengatur elpiji subsidi hanya untuk rumah tangga prasejahtera dan usaha mikro.
“Walaupun ranah pengawasan penggunaan elpiji subsidi ada pada Pemerintah Daerah, namun Pertamina ikut berperan melalui Program Pinky Movement dalam memberikan edukasi mengenai penyaluran elpiji tepat sasaran, serta turut mendorong kapabilitas usaha Pangkalan Elpiji,” jelas Unit Manager Communication, Relations & CSR MOR III Eko Kristiawan.
Very Hotimah, pemilik outlet elpiji di Kecamatan Bogor Selatan, Jawa Barat yang telah bergabung sebagai mitra binaan Pertamina sejak bulan Agustus 2019, mengapresiasi Program Kemitraan Pinky Movement. Sebelum mengikuti program ini, investasi tabung elpiji nonsubsidi dinilai cukup mahal, sehingga usahanya sulit berkembang.
“Sudah satu tahun saya bersinergi dengan Pertamina melalui program kemitraan ini. Volume penjualan meningkat. Pinjaman modal yang diberikan sangat membantu untuk investasi tabung Bright Gas yang merupakan produk unggulan. Apalagi outlet saya berdekatan dengan banyak perumahan,” ujarnya.
Eko mencatat, pada tahap awal penyaluran pinjaman modal hingga Agustus 2020, MOR III telah menyalurkan lebih dari Rp 1,5 miliar untuk 13 pangkalan elpiji dan usaha pengguna elpiji Bright Gas di wilayah Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Nominal penyaluran untuk masing-masing pangkalan pun bervariasi, tergantung skala bisnis dan kebutuhan pengembangan usaha.
“Meski telah menjadi pemilik Pangkalan elpiji, aspek permodalan juga menjadi tantangan. Dana program kemitraan ini akan menjadi potensi pengusaha elpiji untuk mengembangkan usahanya, seperti menambah investasi tabung elpiji nonsubsidi maupun kendaraan pengantar elpiji,” ujarnya.
Lebih lanjut Eko menjelaskan, Program Kemitraan ini tidak berhenti sampai pemberian pinjaman modal saja. Mitra UMKM juga akan mendapatkan pembinaan berupa pelatihan maupun asistensi sertifikasi guna meningkatkan kompetensi bisnisnya.