Kamis 13 Aug 2020 12:06 WIB

Macron Peringatkan Iran tak Ikut Campur Urusan di Lebanon

Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengundurkan diri.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
 Presiden Prancis Emmanuel Macron, kanan, berbicara dengan seorang wanita saat mengunjungi lingkungan Gemayzeh, yang mengalami kerusakan parah akibat ledakan pada hari Selasa yang melanda pelabuhan Beirut, Lebanon, Kamis, 6 Agustus 2020. Macron telah tiba di Beirut untuk menawarkan dukungan Prancis ke Lebanon setelah ledakan pelabuhan yang mematikan.
Foto: AP/Bilal Hussein
Presiden Prancis Emmanuel Macron, kanan, berbicara dengan seorang wanita saat mengunjungi lingkungan Gemayzeh, yang mengalami kerusakan parah akibat ledakan pada hari Selasa yang melanda pelabuhan Beirut, Lebanon, Kamis, 6 Agustus 2020. Macron telah tiba di Beirut untuk menawarkan dukungan Prancis ke Lebanon setelah ledakan pelabuhan yang mematikan.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron peringatkan Iran untuk tidak ikut campur dalam proses pembangunan Beirut, Lebanon yang hancur oleh ledakan pekan lalu. Macron memberitahu Presiden Iran Hassan Rouhani, penting bagi semua kekuatan untuk menghindari intervensi dari luar.

"Dan untuk mendukung pemerintah yang berwenang untuk dapat mengelola situasi darurat ini," kata Macron seperti dikutip dari Arab News, Kamis (13/8).

Baca Juga

Ledakan Beirut yang dipicu 2.750 ton amonium nitrat menewaskan 171 orang dan melukai 6.000 orang lainnya. Peristiwa ini menghancurkan sebagian besar ibu kota dan membuat 300 ribu orang kehilangan tempat tinggal.

Di tengah gelombang amarah warga, Perdana Menteri Hassan Diab mengundurkan diri. Masyarakat marah dengan ketidakmampuan pemerintah dan korupsi elite penguasa.

Tak sedikit warga Lebanon juga menuntut agar Hizbullah yang dipersenjatai dan didanai Iran berhenti mencengkram kekuasaan. Macron kepala negara pertama yang mengunjungi Beirut usai ledakan terjadi.

Presiden Prancis itu juga memimpin respons masyarakat internasional untuk membantu Lebanon. Ia juga menjadi tuan rumah konferensi yang berhasil mengumpulkan dana bantuan sebesar 300 juta dolar AS.

Pengamat politik dan hubungan internasional Arab Saudi Hamdan Al-Shehri mengatakan peringatan Macron ke Iran adalah perkembangan signifikan. Menurutnya inti masalahnya adalah proksi Iran di Lebanon.

"Iran melalui proksinya, milisi teroris bersenjata berat, telah menghancurkan Lebanon, Iran telah menyandera negara itu dengan todongan senjata, Macron sudah melakukan hal yang benar dengan menegur mereka," kata Al-Shehri.

Al-Shehri mengatakan mundurnya Diab dan pemerintahannya adalah langkah pertama untuk membebaskan Lebanon dari Iran dan Hizbullah. "Tapi tidak berarti hal itu cukup, bila pemerintahan ini digantikan pemerintah lain dibawah tekanan Hizbullah, maka akan kembali ke titik awal," tambah Al-Shehri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement