Kamis 13 Aug 2020 12:32 WIB

Sumber Tumpahan Minyak di Pulau Pari Masih Diteliti

Belum ada pihak yang mengaku dan bertanggung jawab atas tumpahan minyak di Pulau Pari

Rep: Rizkyan Adiyudha/ Red: Agus Yulianto
Tim Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES), membersihkan ceceran minyak mentah yang muncul di Pulau Pari Kepulauan Seribu.
Foto: Dok Pertamina Hulu Energi (PHE)
Tim Pertamina Hulu Energi Offshore Southeast Sumatra (PHE OSES), membersihkan ceceran minyak mentah yang muncul di Pulau Pari Kepulauan Seribu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) mengaku masih belum mengetahui sumber tumpahan minyak yang terjadi di pulau pari, kepulauan Seribu, Jakarta. Dia mengatakan, hingga kini, masih belum ada pihak yang mengaku sebagai pihak yang bertanggung jawab atas tumpahan minyak yang terjadi.

"Sumbernya belum tahu dari mana sampai hari ini. Tapi kemarin Pertamina datang dan mengambil sampel untuk diuji. Hasilnya baru selesai tiga minggu," kata Juru Kampanye Walhi DKI Jakarta, Rehwinda Naibaho kepada Republika di Jakarta, Kamis (13/8).

 

Rehwinda mengatakan, Pertamina telah membantu masyarakat untuk mengumpulkan minyak mentah tersebut. Lanjutnya, Pertamina juga membantah bahwa limbah minyak ini berasal dari pipa mereka di Karawang yang sempat bocor pada 2019 lalu. "Nanti akan ketahuan setelah sampel nya di uji," tambahnya.

Dia melanjutkan, hingga kini warga dibantu oleh Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana Umum (PPSU) masih terus membersihkan limbah tumpahan minyak tersebut. Belum ada perkiraan kapan proses pembersihan itu akan rampung dilakukan.

Rehwinda mengatakan, warga saat ini terkendala oleh peralatan yang mereka gunakan untuk membersihkan limbah tersebut. Lanjutnya, warga dan PPSU bekerja bergotong royong menggunakan peralatan seadanya untuk membersihkan limbah minyak.

"Kendalanya memang karena warga dari awal yang bergotong royong kan tidak sesuai SOP. Kemarin Pertamina sempat datang dan bantuin sembari mengambil sampel, tapi sudah pulang lagi," katanya.

Dia menjelaskan, tumpahan limbah minyak yang terlalu lama terpapar matahari akan semakin mencair. Dia melanjutkan, akibatnya minyak akan meresap ke dalam pasir putih dan bercampur dengan air sehingga semakin sulit untuk dibersihkan.

Sebelumnya, warga di pulau Tidung telah mengumpulkan 380 karung limbah tumpahan minyak pada Selasa (11/8). Jumlahnya itu terus bertambah. Hingga Rabu (12/8) siang WIB, proses pembersihan masih berlangsung.

VP Relations Pertamina Hulu Energi (PHE) Ifki Sukarya mengatakan, sampai saat ini sumur YYA-1 yang pernah bocor dipastikan dalam kondisi aman. Kata dia, sumur tersebut hingga kini masih ditutup dan belum ada kegiatan.

"Sumur YYA-1 sudah ditutup sejak September 2019. Lalu Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut telah menutup status darurat penanggulangan tumpahan minyak anjungan YYA-1 PHE ONWJ Juli 2020. Sehingga kami pastikan sudah aman," kata Ifki dalam keterangan tertulis.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement