REPUBLIKA.CO.ID,BERGAMO -- Italia seperti mayoritas negara Eropa selama ini sangat kurang memfasilitasi pemakaman Muslim. Akibatnya, Muslim di Italia mengalami kendala pemakaman. Masalah ini diperparah dengan tingginya angka kematian akibat covid-19.
Dari laporan terbaru, diperkirakan hanya ada sekitar 55 pemakaman Muslim di seantero Italia. Padahal jumlah Muslim di Negeri Pizza diestimasi mencapai 2 juta orang. Data ini berlaku sebelum pandemi covid-19 melanda, sehingga bisa saja sebagian makam Muslim justru dijadikan makam umum atau sebaliknya.
Jawad El Mehdi menjadi Muslim yang beruntung karena bisa memakamkan kakek dan neneknya di pemakaman Muslim Azzano San Paolo, Bergamo. Selama pandemi covid-19, sudah 43 jenazah Muslim dikuburkan di satu-satunya pemakaman Muslim di Kota Bergamo itu.
"Merekalah fondasi keluarga Jawad, keduanya berimigrasi dari Maroko pada 1990 ke Bergamo," kata El Mehdi dilansir dari The GroundTruth Project pada Kamis (13/8). The GroundTruth Project menginisiasi kolaborasi liputan dampak covid-19 bagi komunitas agama.
El Mehdi dan keluarganya memang tak bisa melakukan ritual pra penguburan pada jenazah kakek dan neneknya akibat lockdown. Nasib almarhum kakek dan neneknya lebih beruntung karena jarang Muslim Italia dikubur di pemakaman Muslim.
Sebagian imigran Muslim harus menyiapkan dana ribuan euro agar jenazah orang terkasihnya dapat dipulangkan ke kampung halaman untuk dimakamkan sesuai syariat Islam. Dari data 2018 yang dihimpun
the Initiative for the Study of Multiethnicity, ditemukan 90 persen Muslim memilih merepratriasi jenazah ke negara asal karena tak bisa dimakamkan di Italia.
Sayangnya, solusi repatriasi jenazah tak bisa dilakukan akibat pandemi covid-19. Sejak 1 Maret, Italia melarang ada jenazah ke luar negeri karena harus dikubur di Italia. Padahal syariat Islam tak selalu bisa dipenuhi pada jenazah.
Persatuan Komunitas dan Organisasi Islam di Italia (UCOII) menyadari problema itu. Kepala UCOII Yassine Lafram bahkan mengungkap ada jenazah Muslim yang terus disimpan di peti selama sepekan karena kurangnya pemakaman Muslim.
"Pada Maret dan April, saya menerima banyak telepon dari orang-orang yang tak punya tempat menguburkan keluarganya. Ini terjadi hampir setiap hari," ujar Lafram.
Dalam aturan Italia, jenazah semestinya dikuburkan di kota tempat tinggalnya. Namun seiring sedikitnya pemakaman Muslim, sebagian Wali Kota memberi keringanan pada regulasi ini di masa covid-19.
"Prosedur dan proses perizinannya tidak mudah, tapi banyak kotamadya yang coba membantu kami dengan menyediakan sebagian lahan buat pemakaman Muslim, seperti halnya di Bergamo," ujar Lafram.
Atas dasar ini, pemakaman jenazah Muslim akan bergantung pada kesediaan kota menghibahkan lahannya. Ini pun kemungkinan hanya berlaku di masa covid-19 dan tak diperpanjang di kemudian hari.