REPUBLIKA.CO.ID, oleh Febrian Fachri
Suasana di SMP N 1 Padang Panjang kembali terasa hidup pada Kamis (13/8) pagi. Para siswa kembali berdatangan ke sekolah untuk pertama kalinya sejak Pemerintah Kota Padang Panjang menutup sekolah tatap muka sejak pandemi virus corona. Sudah 5 bulan lebih sekolah tatap muka langsung ditutup oleh Pemkot Padang Panjang untuk mencegah adanya penularan Covid-19 di lingkungan sekolah.
Para siswa datang ke sekolah diantarkan oleh orang tua. Di gerbang SMP 1 Padang Panjang yang terletak di Jalan Jenderal Sudirman No. 41, Balai-Balai, Kecamatan Padang Panjang Barat, mereka disambut petugas pengecekan suhu. Tidak hanya siswa, guru dan pegawai SMP N 1 yang hendak masuk ke kompleks sekolah, harus melakukan pengecekan suhu dan mencuci tangan di wastafel yang sudah disediakan di dekat pos satpam.
Fauzi, siswa kelas VI SMP N 1 Padang Panjang merasa senang karena ia akhirnya merasakan sekolah untuk tingkat menengah pertama kalinya. Terakhir kali datang ke sekolah, Fauzi masih kelas VI SD. Sejak tamat SD sampai sudah masuk SMP, Fauzi hanya belajar daring dari rumah.
"Senang akhirnya bisa kembali lagi ke sekolah. Ini pertama kali datang ke sekolah mengenakan seragam SMP," kata Fauzi, kepada Republika.
Fauzi datang ke sekolah diantarkan oleh orang tuanya dengan sepeda motor. Fauzi datang ke sekolah menggunakan masker, dan membawa bekal. Di dalam tasnya, selain bekal, buku dan alat tulis juga ada masker cadangan.
Siswa kelas VIII SMP 6 Padang Panjang, Ratu Amaliyah juga merasa rindunya dengan sekolah terobati. Di sekolah, Ratu dapat kembali bertemu dengan guru, teman dan para sahabatnya.
"Sudah 5 bulan enggak belajar di sekolah. Rindu. Di sekolah bisa saling diskusi lagi. Kalau belajar di rumah kan susah sendiri," ucap Ratu.
Ratu mengaku selama belajar daring, ia tak dapat maksimal dalam mencerna pelajaran. Karena guru-guru lebih banyak memberikan tugas. Ruang bagi guru untuk menerangkan pelajaran agak sempit bila melalui daring.
Sekarang dengan sekolah tatap muka dibuka lagi, Ratu dapat langsung menanyakan ke guru atau temannya bila ada pelajaran yang belum ia pahami.
Walau rindu akan sekolah terobati, Ratu mengakui, tetap saja terselip kekhawatiran untuk datang ke sekolah. “Agak takut juga. Takutnya ada yang positif kan kita enggak tahu,” ucap Ratu.
Siswa SMP 1 Padang Panjang, Rafi juga mengatakan ada rasa khawatir dirinya bisa tertular Covid-19 setelah sekolah sudah buka kembali dengan cara tatap muka.
“Ada rasa khawatir juga. Orang tua juga sempat khawatir. Tapi bagaimana lagi. Sudah terlalu lama belajar di rumah ada rasa bosan dan belajar sendiri di rumah juga sulit,” ucap Rafi.
Rafi datang ke sekolah diantar dan jemput oleh orang tuanya dengan sepeda motor. Ia juga dibuatkan bekal makanan oleh orang tua supaya tidak jajan lagi di lingkungan sekolah. Kemudian ia juga membawa masker cadangan untuk antisipasi maskernya kotor.
Kepala Sekolah SMP N 1 Padang Panjang Rita Yanti menyebut, kerinduan datang ke sekolah tidak hanya bagi murid. Para guru juga merasakan hal yang sama.
"Kami para guru juga rindu anak-anak kami. Kami semua rindu dengan sekolah. Alhamdulillah sekarang sudah dibuka lagi," kata Rita Yanti.
Rita mengatakan, semua guru dan pegawai di SMP N 1 Padang Panjang sudah melalui tes swab PCR sebelum pembukaan sekolah. Hasilnya menurut Rita, semuanya negatif.
Pihak SMP 1 Padang Panjang telah menyiapkan pola sekolah tatap muka dengan mematuhi protokol Covid-19. Rita mewajibkan semua siswa membawa masker cadangan untuk antisipasi ada masker kotor atau hilang.
Kota Padang Panjang hari ini, Kamis (13/8) memulai lagi belajar tatap muka langsung di sekolah. Kota Serambi Mekkah ini telah mendapat izin membuka lagi sekolah tatap muka karena berstatus zona kuning.
Di Padang Panjang, sampai hari ini mencatatkan 34 kasus positif Covid-19 dengan jumlah yang sudah sembuh sebanyak 32 orang dan dua orang sedang dirawat. Wali Kota Padang Panjang Fadli Amran mengatakan, pihaknya telah menyiapkan teknis sekolah tatap muka langsung dengan penerapan protokol Covid-19.
"Kita sudah membuat suasana sekolah dengan penerapan protokol Covid-19. Supaya tidak ada penularan virus corona di sekolah," kata Fadli Amran saat memantau hari pertama sekolah di SMP 1 Padang Panjang.
Namun, sekolah yang sudah dibuka baru untuk tingkat SMP dan sederajat. Fadli Amran mengatakan ada 14 SMP sederajat di Padang Panjang. Dari 14 SMP tersebut yang baru buka baru 12. Yakni, enam SMP negeri dan enam SMP swasta. Dua lagi masih dalam tahap persiapan untuk mematangkan konsep sekolah tatap muka langsung yang sesuai dengan protokol kesehatan.
Fadli mengatakan siswa yang sudah mulai sekolah tatap muka dibagi menjadi dua rombongan belajar (rombel). Rombel A dan rombel B. Hari ini pertama masuk ini, yang datang ke sekolah adalah rombel B dengan maksimal jumlah siswa di kelas hanya 16 orang. Sisanya rombel A belajar secara daring di rumah.
Besok, yang datang ke sekolah adalah rombel A dan giliran rombel B belajar daring dari rumah. Pergantian ini akan berlanjut setiap hari. Tujuannya untuk mencegah terjadinya kerumunan di sekolah.
Durasi belajar di sekolah sejak pukul 7.30-11.45 WIB. Siswa hanya diberi waktu istirahat selama 10 menit saat jeda pergantian mata pelajaran. Selama jam istirahat ini, siswa tetap duduk di bangku diawasi oleh guru. Keluar ruangan hanya untuk izin ke toilet.
Fadli Amran juga mengharuskan para siswa agar membawa bekal makanan dari rumah. Karena di sekolah tidak ada kantin yang buka dan siswa tidak diperkenankan jajan keluar kompleks sekolah.
Untuk protokol Covid-19 lainnya, setiap siswa dan guru yang masuk ke kompleks sekolah harus menggunakan masker, melewati pengecekan suhu dan mencuci tangan secara berkala.
"Kita membiasakan kepada para siswa untuk belajar di sekolah belum bisa normal seperti biasa. Kita masih dalam situasi pandemi. Jangan sampai ada anak-anak kita dan para guru yang tertular virus," ucap Fadli.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Padang Panjang Ali Tabrani mengatakan seandainya ada kedapatan siswa, guru atau pegawai yang dinyatakan positif Covid-19 setelah sekolah dibuka, maka akan ada sejumlah skenario yang dilakukan.
Bila ada guru, siswa atau pegawai yang positif sebelum datang ke sekolah, maka guru tersebut diisolasi dan sekolah tetap berlanjut. Bila dinyatakan positif dah sudah keluar masuk sekolah, maka sekolah yang bersangkutan akan ditutup sampai batas waktu yang belum ditentukan. Sekolah akan dibuka lagi begitu sudah steril dari covid-19.
"Kalau sebelumnya bila ada positif di suatu daerah, maka semua sekolah tutup. Sekarang enggak. Kalau ada yang positif di sekolah, yang ditutup hanya sekolah itu saja. Sekolah lain tetap lanjut," kata Ali Tabrani.