Kamis 13 Aug 2020 15:39 WIB

Limbah Tumpahan Minyak Kotori Pantai Pari

Limbah minyak mentah telah mencemari sepanjang 2 kilometer pantai di Pulau Pari

Rep: Rizkyan adiyudha/ Red: Esthi Maharani
Pulau Pari, Kepulauan Seribu
Foto: Antara/R.Rekotomo
Pulau Pari, Kepulauan Seribu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) mengungkapkan bahwa limbah minyak mentah telah mencemari sepanjang 2 kilometer pantai di Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. Walhi mengatakan, limbah minyak mentah tersebut memberikan dampak serius bagi lingkungan dan warga.

"Nah minyak mentah ini mengotori sepanjang 2 KM pantai pulau Pari jadi wisata juga ikut terdampak," kata Juru Kampanye Walhi DKI Jakarta, Rehwinda Naibaho kepada Republika di Jakarta, Kamis (13/8).

Dia mengungkapkan, limbah minyak mentah itu telah mengotori ikon wisata pulau pari yakni pantai pasir perawan dan tanjung rengge. Dia mengatakan, tak hanya sektor pariwisata yang terganggu namun kehidupan masyarakat sekitar juga terdampak. Dia mengungkapkan, saat ini masyarakat pulau pari terpaksa memanen rumput laut lebih awal akibat pencemaran lingkungan yang terjadi.

"Akhirnya kemarin itu langsung dipanen takut minyak mentah menempel ke rumput laut karena kalau sampai menempel otomatis enggak bisa dikonsumsi," katanya.

Hal serupa juga berdampak pada nelayan yang tengah melakukan budidaya kerapu. Dia mengatakan, ada kekhawatiran yang timbul kalau ikan mereka berpotensi keracunan dan mati akibat limbah tersebut seperti yang pernah terjadi pada 2019 lalu.

Dia melanjutkan, hingga kini warga dibantu oleh Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana Umum (PPSU) masih terus membersihkan limbah tumpahan minyak tersebut. Belum ada perkiraan kapan proses pembersihan itu akan rampung dilakukan.

Kendati, dia melanjutkan, tumpahan limbah minyak yang terlalu lama terpapar matahari akan semakin mencair. Dia mengatakan, akibatnya minyak akan meresap ke dalam pasir putih dan bercampur dengan air sehingga semakin sulit untuk dibersihkan.

"Tumpahan limbah itu memberikan dampak yang fatal bagi lingkungan dan masyarakat karena telah merusak sumber pangan masyarakat," katanya.

Rehwinda mengungkapkan bahwa Walhi saat ini belum menerima laporan terkait pantai lainnya yang terdampak akibat permasalahan serupa. Dia memprediksi pencemaran limbah minyak kali ini tidak akan separah peristiwa bocornya pipa pertamina pada 2019 lalu.

"Terakhir info belum ada lagi yang nambah tapi yang pasti nggak separah 2019, hampir 10 pulau kena," katanya.

Sebelumnya, warga di pulau Tidung telah mengumpulkan 380 karung limbah tumpahan minyak pada Selasa (11/8). Jumlahnya itu terus bertambah. Hingga Rabu (12/8) siang WIB, proses pembersihan masih berlangsung.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement