Kamis 13 Aug 2020 18:37 WIB

Harga Sayuran Kol Anjlok, Petani Merugi Tak Bisa Tanam

Secara umum kondisi petani memprihatinkan baik padi, garam dan sayuran.

Rep: riga nurul iman/ Red: Hiru Muhammad
Harga sayuran kol di pasaran mengalami anjlok dan paling terendah dalam beberapa tahun terakhir. Dampaknya petani merugi karena harga kol tidak sebanding dengan biaya produksi.
Foto: istimewa
Harga sayuran kol di pasaran mengalami anjlok dan paling terendah dalam beberapa tahun terakhir. Dampaknya petani merugi karena harga kol tidak sebanding dengan biaya produksi.

REPUBLIKA.CO.ID, SUKABUMI--Harga sayuran kol di pasaran mengalami anjlok dan paling terendah dalam beberapa tahun terakhir. Dampaknya petani merugi karena harga kol tidak sebanding dengan biaya produksi.

"Saat ini harga kol termasuk paling titik terendah, di petani kemungkinan besar periode tanam berikutnya tidak bisa tanam lagi," ujar salah seorang petani sayuran, Ali Rahmat (34 tahun), warga Kampung Sukanangon, Desa Sukamekar, Kecamatan Sukaraja, Kabupaten Sukabumi, Kamis (13/8).

Menurutnya, harga kol di pasar Rp 700 per kilogram padahal modal atau biaya produksi minimal Rp 1.200 per kilogram. Di mana untuk biaya panen Rp 350 per kilogran dan belum termasuk ongkos ke pasar.

"Sehingga di tingkat petani hanya diterima Rp 200 per kilogram dan periode berikutnya tidak bisa tanam lagi," kata Ali. Penyebab rendahnya harga salah satunya karena tingkat daya beli masyarakat dan pasar yang tutup buka sementara kalau stok aman.

Ali mengungkapkan, untuk harga normal di tingkat petani Rp 1.000 per kilogram. Ia mengatakan pada tiga bulan lalu harga kol di pasar masih Rp 1.500 per kilogram dan masih merugi. Karenanya lanjut Ali, petani berharap ada perhatian dari pemerintah baik pusat dan daerah terhadap masalah ini. Saat ini yang sudah membantu baru dari anggota DPR RI dari Komisi IV drh Slamet dan Fraksi PKS DPRD Kabupaten Sukabumi.

Di mana ungkap Ali, para wakil rakyat itu membeli hasil panen kol para petani dengan harga yang tidak terlalu rendah. Sehingga para petani merasa terbantu.

Anggota Komisi IV DPR RI drh Slamet mengatakan, secara umum kondisi petani memprihatinkan baik padi, garam dan sayuran. "Terlebih petani kol harga ditingkat petani Rp 200 per kilogram dan produksi Rp 1.200 per kilogram sehingga merugi," kata dia.

Ia mengimbau pemerintah agar memperhatikan nasib petani. Apalagi di saat pandemi covid-19 yang palung bertahan dan dicari adalah petani karena sumber pangan masih dibutuhkan. Selain itu PDB nasional yang plus hanya sektor pertanian. "Sehingga anggota DPR dan DPRD dari PKS ingin empati atau mengetuk hati pemerintah dengan membeli produk ini dari petani," katanya.

Slamet mengatakan, dirinya bersama dengan anggota DPRD Kabupaten Sukabumi membeli sebanyak 10 ton kol yang sudah tidak laku. Rencananya kol akan dibagikan ke masyarakat dengan gratis supaya warga bisa mengkonsumsi sayuran.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement