REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri pengelolaan investasi mengalami penurunan pertumbuhan selama semester I 2020. Per 30 Juni 2020, dana kelolaan di industri ini turun sebesar 11,15 persen atau Rp 90 triliun menjadi Rp718,8 triliun dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp809,0 triliun.
Ketua Presidium Dewan Asosiasi Pelaku Reksa Dana dan Investasi Indonesia (Aprdi) Prihatmo Hari Mulyanto mengatakan penurunan ini disebabkan banyak investor yang beralih ke investasi alternatif seperti emas."Kita tahu disaat seperti ini investor lebih mencari tempat investasi yang lebih aman," kata Prihatmo yang juga menjabat sebagai Direktur PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen, Kamis (13/8).
Selain ke investasi alternatif, menurut Prihatmo, para investor juga ramai-ramai memindahkan investasinya ke perbankan. Sehingga tidak heran apabila Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan mengalami pertumbuhan. Sedangkan di pasar modal khususnya di manajer investasi, pengelolaan dana cenderung menurun.
Berdasarkan jenisnya, reksa dana yang mengalami penurunam paling dalam yaitu saham sebesar 26,32 persen. Lalu diikuti oleh reksa dana indeks yang terkoreksi sebesar 14,4 persen serta reksa dana campuran turun 13,9 persen. Satu-satunya yang mengalami pertumbuhan yaitu reksa dana berbasis syariah dengan kenaikan sebesar 8,0 persen.
Di sisi lain, lanjut Prihatmo, produk-produk yang masuk dalam kategori alternatif investasi justru mengalami pertumbuhan. Hal ini lantaran produk alternatif investasi relatif tidak terpengaruh dengan gejolak saham dan obligasi di bursa.
Pada akhir semester I 2020, pertumbuhan produk alternatif investasi terbesar yaitu terjadi pada Dana Investasi Infrastruktur (Dinfra) yaitu mencapai 86,54 persen, lalu diikuti Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) sebesar 10,14 persen. Sedangkan Dana Investasi Real Estat (DIRE) tumbuh tipis 2,86 persen.