REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Sejumlah dokter di Korea Selatan menyerukan aksi protes terhadap rencana pemerintah untuk meningkatkan jumlah mahasiswa kedokteran di negara itu.
Asosiasi Medis Korea, mewakili hampir 130.000 dokter, telah menyerukan pemogokan umum pada Jumat (13/8) untuk menentang rencana meningkatkan kuota mahasiswa di fakultas kedokteran untuk meningkatkan lebih banyak dokter dalam upaya memenuhi tuntutan kesehatan, lansir Kantor Berita Yonhap.
Hampir 7.000 dari 33.000 rumah sakit dan klinik di seluruh negeri melaporkan akan menutup layanan mereka pada Jumat. Langkah itu terjadi ketika Korea Selatan mengalami lonjakan infeksi lokal Covid-19 dengan 47 kasus baru pada Kamis, jumlah tertinggi dalam sebulan terakhir.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea mengatakan total kasus harian mencapai 56, termasuk kasus impor, sehingga total kasus Covid-19 di negara itu bertambah menjadi 14.770.
"Wilayah ibu kota negara berada dalam situasi yang tidak stabil. Kami melihat wabah sporadis serentak di berbagai daerah, dan jika situasi ini digabungkan dengan pertemuan dan perjalanan dalam masa liburan, maka situasi mungkin menjadi tidak terkendali," kata Kwon Jun-wook, seorang pejabat kesehatan senior.
Asosiasi kedokteran berpendapat bahwa peningkatan jumlah dokter baru hanya akan meningkatkan persaingan antara dokter dan tidak membantu meringankan disparitas infrastruktur medis antardaerah.
Dalam pernyataannya, Menteri Kesehatan Korea Selatan Park Neung-hoo mengatakan negara tidak hanya meningkatkan jumlah dokter, tetapi juga berencana untuk menempatkan mereka di daerah dan bidang yang mereka butuhkan.
"Kami juga akan meningkatkan kualitas pendidikan mereka," kata Park.
Menteri kesehatan memperingatkan bahwa pemerintah akan mengambil tindakan jika perawatan pasien terdampak oleh aksi tersebut.
"Masalah seputar kebijakan medis harus didiskusikan dengan pemerintah. Pasien tidak ada hubungannya dengan itu," tegas dia.
Pemerintahan Presiden Moon Jae-in berencana untuk meningkatkan jumlah penerimaan sekolah kedokteran tahunan sebanyak 4.000 selama satu dekade ke depan sebagai langkah menanggapi pandemi.