Kamis 13 Aug 2020 20:35 WIB

Kebakaran Hanguskan 38 Ribu Hektare Area Hutan

Sampai 31 Juli 2020, lebih dari 38 ribu hektare area lahan terbakar.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati / Red: Andi Nur Aminah
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo.
Foto: ANTARA/Nova Wahyudi
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Doni Monardo.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) telah menghanguskan sedikitnya 38 ribu hektare area hutan dan lahan termasuk gambut hingga 31 Juli 2020. Kebakaran ini harus dicegah meluas dengan melakukan beberapa cara. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan, jika membandingkan karhutla tahun lalu dengan tahun ini di periode yang sama, ternyata lahan yang terbakar mengalami penurunan. 

"Sampai 31 Juli 2020, lebih dari 38 ribu hektare area lahan terbakar," ujarnya saat mengisi webinar Kata Data bertema Ancaman Kebakaran di Tengah Pandemi, Kamis (13/8).

Baca Juga

Pihaknya menyadari harus ada upaya lebih serius, lebih optimal. Ia menyebutkan beberapa upaya telah dilakukan di antaranya menyampaikan sosialisasi kepada seluruh lapisan masyarakat, jangan ada pihak yang membiarkan terjadi kebakaran. Tak hanya itu, pemerintah juga telah mengirimkan tim teknologi modifikasi cuaca (TMC) yang terdiri atas unsur seperti Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), dan tentunya dibantu pesawat TNI Angkatan Udara (AU) kemudian BNPB memberikan dukungan administrasi dan logistik.

Ketika terjadi kebakaran, pihaknya mengaku langsung memadamkan api karena api yang membakar lahan gambut dapat mengganggu ekosistem di sekitarnya. Artinya, dia menambahkan, ketika lahan gambut sudah terbakar maka tidak akan mudah padam. 

"Kami sudah punya pengalaman dalam beberapa tahun terakhir, puluhan helikopter dikerahkan untuk memadamkan api, memang dalam beberapa hari padam namun setelah sekian hari titik api kembali muncul dan asap api muncul lagi," ujarnya.

Apalagi, dia melanjutkan, lahan gambut ada yang kedalamannya lebih dari 30 meter dan ketika terbakar memang di atas permukaan tanah tidak terlihat api tetapi asapnya sangat pekat. 

"Jika ini terus terjadi tentu mengganggu kesehatan masyarakat dan menyebabkan kematian bagi penderita asma. Makanya 14 helikopter (water bombing) telah kami siapkan," ujarnya

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement