Kamis 13 Aug 2020 20:40 WIB

Menlu Retno Minta ASEAN tak Terjebak Rivalitas di Kawasan

Menlu Retno meminta ASEAN mengedepankan kerja sama dan kolaborasi

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi
Foto: Kementerian Luar Negeri RI
Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi menegaskan bahwa ASEAN tidak perlu dan tidak boleh terjebak dalam rivalitas negara-negara besar di kawasan. Menlu menekankan untuk mengedepankan pentingnya kerja sama dan kolaborasi mengenai isu-isu di Asia Tenggara.

"ASEAN justru harus terus memberikan dorongan bagi upaya memperkuat kerja sama dan kolaborasi di kawasan," ujar Retno dalam pengarahan media secara daring, Kamis (13/8).

Baca Juga

Dalam perayaan hari berdirinya ASEAN ke-53 beberapa hari lalu, para menlu negara anggota ASEAN menegaskan komitmen penting tentang perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara. Menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang damai, aman, netral dan stabil menjadi pesan utama dalam pernyataan para Menlu ASEAN tersebut.

"Persatuan di antara negara ASEAN akan menjadi kunci kesuksesan ASEAN," ujar Menlu Retno. Pernyataan bersama para menlu ASEAN juga berisi permintaan untuk semua pihak menahan diri dari aktivitas yang dapat meningkatkan eskalasi di Kawasan.

"Meminta agar terus dibangun strategic trust di Kawasan dengan cara-cara damai melalui dialog dan kerja sama, menegaskan sentralitas ASEAN, menegaskan prinsip yang ada dalam  ASEAN Outlook on the IndoPasifik (AOIP) serta menegaskan dukungan terhadap prinsip-prinsip multilateralisme sesuai Piagam PBB," ujar Menlu Retno.

Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah menegaskan kembali pernyataan para menlu dalam ulang tahun ASEAN. Dia mengatakan bahwa sudah dengan jelas untuk mengedepankan pentingnya perdamaian stabilitas di kawasan, termasuk menyoal Laut China Selatan.

Menurut dia, stabilitas di kawasan Asia Tenggara, termasuk di sekitar Laut China Selatan tidak hanya penting bagi Indonesia, namun juga menjadi sangat penting bagi negara-negara di kawasan Asia Tenggara.

"Harus ada upaya untuk menjaga stabilitas kawasan yang berdasar pada dokumen ASEAN sebagai kawasan damai, bebas, dan netral. Ini tertuang dalam prinsip-prinsip Zona Damai, Bebas dan Netral," ujar Faizasyah.

Belakangan, dua negara ekonomi besar dunia yang telah lama tegang dalam berbagai masalah, yakni Amerika Serikat dan China membuat kegaduhan di Laut China Selatan. Keduanya saling mengerahkan pesawat dan kapal militer mereka ke Laut China Selatan. Banyak negara menilai, keduanya tengah menunjukkan kekuatan militer mereka dengan patroli maupun menggelar latihan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement