REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi menegaskan bahwa ASEAN tidak perlu dan tidak boleh terjebak dalam rivalitas negara-negara besar di kawasan. Menlu menekankan untuk mengedepankan pentingnya kerja sama dan kolaborasi mengenai isu-isu di Asia Tenggara.
"ASEAN justru harus terus memberikan dorongan bagi upaya memperkuat kerja sama dan kolaborasi di kawasan," ujar Retno dalam pengarahan media secara daring, Kamis (13/8).
Dalam perayaan hari berdirinya ASEAN ke-53 beberapa hari lalu, para menlu negara anggota ASEAN menegaskan komitmen penting tentang perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Tenggara. Menjadikan ASEAN sebagai kawasan yang damai, aman, netral dan stabil menjadi pesan utama dalam pernyataan para Menlu ASEAN tersebut.
"Persatuan di antara negara ASEAN akan menjadi kunci kesuksesan ASEAN," ujar Menlu Retno. Pernyataan bersama para menlu ASEAN juga berisi permintaan untuk semua pihak menahan diri dari aktivitas yang dapat meningkatkan eskalasi di Kawasan.
"Meminta agar terus dibangun strategic trust di Kawasan dengan cara-cara damai melalui dialog dan kerja sama, menegaskan sentralitas ASEAN, menegaskan prinsip yang ada dalam ASEAN Outlook on the IndoPasifik (AOIP) serta menegaskan dukungan terhadap prinsip-prinsip multilateralisme sesuai Piagam PBB," ujar Menlu Retno.
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri RI Teuku Faizasyah menegaskan kembali pernyataan para menlu dalam ulang tahun ASEAN. Dia mengatakan bahwa sudah dengan jelas untuk mengedepankan pentingnya perdamaian stabilitas di kawasan, termasuk menyoal Laut China Selatan.
Menurut dia, stabilitas di kawasan Asia Tenggara, termasuk di sekitar Laut China Selatan tidak hanya penting bagi Indonesia, namun juga menjadi sangat penting bagi negara-negara di kawasan Asia Tenggara.
"Harus ada upaya untuk menjaga stabilitas kawasan yang berdasar pada dokumen ASEAN sebagai kawasan damai, bebas, dan netral. Ini tertuang dalam prinsip-prinsip Zona Damai, Bebas dan Netral," ujar Faizasyah.
Belakangan, dua negara ekonomi besar dunia yang telah lama tegang dalam berbagai masalah, yakni Amerika Serikat dan China membuat kegaduhan di Laut China Selatan. Keduanya saling mengerahkan pesawat dan kapal militer mereka ke Laut China Selatan. Banyak negara menilai, keduanya tengah menunjukkan kekuatan militer mereka dengan patroli maupun menggelar latihan.