Jumat 14 Aug 2020 00:05 WIB

Catatan Kemerdekaan: Indonesia Masih Krisis Akhlak

Krisis akhlak yang terjadi perlu dibenahi dari masing-masing kesadaran individu. 

Rep: Imas Damayanti/ Red: Agus Yulianto
Ulama kondang Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) meluncurkan produk pertanian berupa pupuk organik yang diproses melalui teknologi biokonversi. Yakni, dengan memanfaatkan peran larva lalat black soldier fly (BSF).
Foto: dok. Istimewa
Ulama kondang Abdullah Gymnastiar (Aa Gym) meluncurkan produk pertanian berupa pupuk organik yang diproses melalui teknologi biokonversi. Yakni, dengan memanfaatkan peran larva lalat black soldier fly (BSF).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki karakter moral. Moral dalam agama dikenal dengan sebutan akhlak—bukan berhenti pada sebutan akhlak semata—namun juga harus akhlakul-karimah, yakni akhlak yang mulia.

Namun sayangnya, menjelang perayaan kemerdekaan Indonesia ke-75 tahun, bangsa ini rupa-rupanya masih dibayangi hadirnya krisis akhlak. Krisis akhlak ini hadir di berbagai aspek, tak kenal usia, tak kenal status sosial, tak kenal jabatan yang diempu, krisis akhlak seolah merakyat. ‘Oleh-oleh’ kolonial yang belum juga habis.

Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Marsudi Syuhud menilai, bangsa yang kuat akan dibarengi dengan moral yang juga kuat. Maka, salah satu cara untuk menangani krisis akhlak di era digital ini, kata dia, adalah dengan mengarahkan sektor pendidikan untuk tidak berorientasi pada pendidikan robotik.

Maksudnya, kata dia, jika pendidikan robot hanya mengapresiasi mesin dan teknologi semata, maka aspek humanisme akan terkikis di dalamnya. Untuk itu dia menyarankan, agar pendidikan dapat diarahkan ke dalam dua aspek. 

Yakni pertama, mampu mencetak para alim ulama dan saintis. Sedangkan kedua, sistem pendidikan harus mampu menciptakan para praktisi untuk bisa menghasilkan kemanfaatan besar dalam mengisi kemerdekaan.

“Maka untuk menciptakan dua hal ini, Kemendikbud dan elemen pemerintah lainnya mestinya membedakan antara mendidik ilmuwan dan mendidik praktisi,” kata dia.

Krisis akhlak, menurut Pendiri Daarut Tauhid KH Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), saat ini memang terasa. Menurut Aa, krisis akhlak yang terjadi perlu dibenahi dari masing-masing kesadaran individu terlebih dahulu. Jika telah memiliki kesadaran untuk memperbaiki moral, maka persoalan-persoalan bangsa pun akan mudah untuk diatasi.

Korupsi, perampokan, nepotisme, pembunuhan antar-keluarga, konflik sosial, ketidakadilan hukum merupakan indikator besar terkikisnya akhlak di bumi pertiwi. Momentum kemerdekaan RI ke-75, kata Aa Gym, harus dijadikan refleksi untuk menumbuhkan kembali akhlakul-karimah sebagaimana yang diajarkan Rasulullah SAW.

“Kita harus melangkah lebih baik lagi, kita perbaiki akhlak, kita perbaiki juga disiplin terhadap protokol Covid-19 yang mulai mengendur belakangan ini,” ujarnya.

Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis mengatakan, kemerdekaan dalam perspektif agama adalah mendapatkan hak-hak yang perlu didapatkan oleh segenap rakyat bangsa. Apabila terdapat hak di sana, maka hak itu wajib diiringi dengan tanggung jawab.

“Salah satu tanggung jawab kita dalam mengisi kemerdekaan adalah melakukan hal-hal baik. Kita ingin cita-cita kemerdekaan tercapai, maka semua dari kita harus saling berbenah,” ungkapnya.

Mengisi kemerdekaan, kata dia, tak harus dilakukan dengan sesuatu yang luar biasa. Sekecil apapun perlakukan yang dilakukan seorang insan, asalkan hal itu bermanfaat maka sesungguhnya nilai itulah yang diperlukan dalam memaknai kemerdekaan itu sendiri.

Dengan karakter dan moral yang baik, bangsa ini akan mencapai cita-cita kemerdekaannya. Tokoh Gontor yang juga Ketua Program Studi Magister Pendidikan Bahasa Arab Universitas Daarussalam (Unida), KH Abdul Hafidz Zaid mengatakan, sekecil apapun kontribusi seseorang dalam kebaikan maka di mata Allah hal itu bukanlah suatu hal yang dinilai kecil.

“Sekecil apapun yang kita lakukan akan ada konsekuensinya. Maka teruslah berbuat baik, perbaiki akhlak dan mora agar bangsa kita terus merdeka dan kuat,” pungkasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement