REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada Kamis, 13 Agustus 2020, tiga dari lima berita terpopuler yang kami turunkan berasal dari kanal Khazanah. Namun kabar akan diperpanjangnya batas usia pensiun Eselon II dan Eselon IV menempati urutan teratas pada Top 5 News di Republika.co.id, disusul kasus penistaan agama yang lagi-lagi muncul ke permukaan.
Berikut kami tampilkan lima berita dengan jumlah pembaca terbanyak di Republika.co.id pada Kamis (13/8):
1. Batas Usia Pensiun Eselon III dan IV Diperpanjang
JAKARTA -- Pemerintah akan memperpanjang batas usia pensiun eselon III yang terdampak pemangkasan eselon dari 58 tahun menjadi 60 tahun. Deputi BKN Bidang Pembinaan Manajemen Kepegawaian Haryomo Dwi Putranto mengatakan, ini bagian terobosan Pemerintah untuk mendorong pegawai negeri sipil menempati jabatan fungsional.
Sebab, PNS eselon III dan IV yang terdampak pemangkasan akan dialihkan kepada jabatan fungsional. Untuk eselon III menjadi pejabat fungsional tingkat madya, sementara eselon IV akan menduduki jabatan fungsional tingkat pertama atau muda.
"Eselon III maka akan mengalami batas perpanjangan usia pensiun yang 58 menjadi 60. Ini tentunya menjadi salah satu pilihan karir bagi bapak ibu semuanya," ujar Haryomo dalam workshop sosialisasi kebijakan jabatan ASN secara virtual, Kamis (13/8).
Sementara itu untuk eselon IV masih berpeluang mendapat penambahan usia pensiun. Ini jika, PNS eselon IV yang akan beralih menduduki jabatan fungsional muda bisa naik menjadi jabatan fungsional madya yang setara dengan eselon III.
Baca berita selengkapnya di sini.
2. Penista Agama Islam Muncul Lagi, Guru Besar: Dia Dungu
JAKARTA -- Meski mayoritas, Agama Islam tak luput dari hinaan dan fitnah dari mereka yang benci Islam. Penista Agama Islam kembali muncul, kali ini dilakukan oleh Apollinaris Darmawan (68) yang terancam dikurung dijeruji besi. Namun ini bukan kali pertamanya, dia berurusan dengan pihak berwajib karena dilaporkan telah menistakan agama.
Bahkan, Apollinaris sangat gencar mengkampanyekan anti-Islam. Terakhir, dia mengajak masyarakat untuk mengusir Islam dari Indonesia. Padahal yang bersangkutan merupakan orang terpelajar, terbuktinya dia pengarang buku "Jokowi dan Ben-Hur".
"Orang yang gemar menghina agama itu, jika atas kesadarannya berarti dia dungu," tegas Guru Besar Sosiologi Agama Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya, Prof HM Baharun, saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (12/8).
Baca berita selengkapnya di sini.