Jumat 14 Aug 2020 08:47 WIB

Tajuk Republika: Memacu Vaksin Agar Covid-19 Segera Berakhir

Ada lima vaksin yang telah memasuki uji klinis tahap ketiga, 3 dari Barat, 2 China.

Penyuntikan Vaksin (ilustrasi)
Foto: AP/VOA
Penyuntikan Vaksin (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Jumlah kasus positif Covid-19 di Indonesia melampaui 130 ribu per Rabu (12/8). Sejak diumumkan kali pertama kasus positif Covid-19 di Tanah Air pada 2 Maret 2020, jumlah kasus virus ini memperlihatkan kenaikan. Tren yang serupa dengan kasus secara global.

Rabu kemarin, data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 menunjukkan, ada penambahan 1.942 kasus baru Covid-19. Penambahan ini menjadikan kasus Covid-19 di Tanah Air menjadi 130.718 selama lebih dari lima bulan terakhir.

Indonesia terbanyak ke-23 menurut data Worldometers, satu level di bawah Filipina, yakni 143.749 kasus. Dari data di laman Covid19.go.id disebutkan, jumlah pasien yang sembuh 85.798 orang, sedangkan 5.903 meninggal. Jumlah pasien sembuh ini memperlihatkan optimisme.

Apalagi, Presiden Joko Widodo pada Selasa lalu, saat menyaksikan langsung penyuntikan perdana relawan uji klinis vaksin Covid-19, menerbitkan optimisme itu. Presiden berharap, uji klinis vaksin Covid-19 tahap ketiga oleh Bio Farma selesai enam bulan ke depan.

Selanjutnya, produksi massal vaksin bisa dimulai pada Januari 2021. "Kalau produksinya sudah siap, langsung diberikan vaksinnya kepada seluruh masyarakat Tanah Air," kata Presiden, di Bandung, Selasa.

Ada 1.620 subjek relawan yang dikumpulkan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dan Bio Farma setelah melewati dua kali pemindaian. Relawan terpilih setelah lolos dari pengujian imunogenitas (respons imun) dan efikasi (respons dalam melawan virus) melalui tes darah. Capaian BUMN farmasi, PT Bio Farma (Persero), yang bermitra dengan perusahaan asal Cina, Sinovac, hingga uji klinis tahap ketiga merupakan prestasi yang tak banyak negara atau lembaga penelitian bisa lakukan.

Selasa lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin mengeklaim, negaranya menjadi yang pertama menciptakan vaksin Covid- 19. Putin mengumumkan, negaranya sudah menyetujui vaksin yang diberi nama "Sputnik V".

Rusia mengeklaim, tahap produksi massal akan dimulai pada September 2020. Putin bahkan menyatakan, putrinya telah disuntik vaksin. Kendati demikian, klaim Rusia temukan vaksin ini memunculkan kontroversi, baik di kalangan ilmuwan maupun WHO.

Berdasarkan data WHO per 31 Juli 2020, terdapat 165 kandidat vaksin Covid-19 yang dikembangkan di beberapa negara. Sebanyak 139 di antaranya masih dalam evaluasi praklinis, 26 lainnya pada fase penyuntikan ke relawan manusia.

Ada enam kandidat vaksin yang telah mencapai fase tiga, yakni evaluasi klinis keampuhan vaksin. Pandemi ini memang membuat banyak lembaga penelitian berbagai negara berlomba menemukan vaksin Covid-19.

Setidaknya, ada 5,7 miliar dosis vaksin yang dipesan banyak negara meski belum ditemukan. Sejumlah produsen vaksin bahkan telah menerima pembayaran. Ada lima vaksin yang telah memasuki uji klinis tahap ketiga, yakni tiga dari negara Barat, dua dari Cina.

Universitas Oxford bekerja sama dengan grup farmasi Astra Zeneca. Ditargetkan, vaksin tuntas pada September 2020. Perusahaan biotek AS, Moderna bersinergi dengan Institut Kesehatan Nasional AS (NIH) dengan target November 2020 vaksin jadi.

Presiden AS Donald Trump merilis Operation Warp Speed dalam pengembangan, produksi, dan pendistribusian vaksin ke seluruh warga AS. Targetnya pada Januari 2021.

Di Asia, Jepang sedang menyiapkan 490 juta dosis dari tiga pemasok, 250 juta dosis di antaranya dari Novavax, AS. Takeda, raksasa farmasi Jepang, bahkan telah membeli hak atas vaksin Novavax yang akan diproduksi secara lokal.

Adapun uji klinis kandidat vaksin dari Cina diproduksi Sinovac dan Sinopharm yang saat ini sedang berjalan, termasuk sinergi Sinovac dengan Bio Farma. AS menjadi negara yang terbanyak menggelontorkan dana untuk penelitian vaksin ini.

Sebanyak 9,4 miliar dolar AS (sekitar Rp 137 triliun) telah disalurkan kepada tujuh pengembang vaksin. Lima di antaranya meneken kontrak manufaktur untuk 700 juta dosis vaksin pemesanan di muka. Jumlah dosis yang sama juga dipesan Komisi Eropa.

Kita berharap, pembuatan vaksin ini tak menjadi ajang bisnis semata, lebih dari itu merupakan program kemanusiaan universal. Sebanyak 216 negara terinfeksi Covid-19. Keadilan akses mendapatkan vaksin Covid-19, tak kalah penting dari sekadar perlombaan produksi.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement