Jumat 14 Aug 2020 14:53 WIB

Dua Penyintas di China Kena Covid-19 Lagi

Dua orang di China kembali positif Covid-19 setelah beberapa bulan sembuh.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi Novel Coronavirus (2019-nCoV) atau virus corona jenis baru yang disediakan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Dua penyintas Covid-19 di China dilaporkan kembali jatuh sakit berbulan setelah sembuh.
Foto: CDC via AP
Ilustrasi Novel Coronavirus (2019-nCoV) atau virus corona jenis baru yang disediakan dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Dua penyintas Covid-19 di China dilaporkan kembali jatuh sakit berbulan setelah sembuh.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING — Ada dua orang di China yang dilaporkan kembali positif terinfeksi SARS-CoV-2 setelah beberapa bulan sembuh dari Covid-19. Hal ini menyoroti kekhawatiran atas kemungkinan infeksi berulang pada orang-orang di tengah pandemi.

Dilansir Fox News, seorang perempuan berusia 68 tahun di Hubei, China, dinyatakan positif Covid-19, pada akhir pekan lalu. Ia jatuh sakit enam bulan setelah pulih dari infeksi virus corona tipe baru.

Baca Juga

Selain itu, seorang pria di Shanghai yang positif terinfeksi SARS-CoV-2 pada April dinyatakan kembali terkena Covid-19 pada Senin (10/8). Ia dilaporkan belum menunjukkan gejala apapun.

Saat ini, orang-orang yang berhubungan dekat dengan keduanya belum ada yang positif Covid-19. Akan tetapi, mereka telah dikarantina untuk mencegah potensi penularan lebih lanjut.

Kedua kasus ini telah menimbulkan pertanyaan tentang infeksi ulang dan kekebalan terkait virus corona jenis baru. Menurut laman Johns Hopkins School of Public Health,sebenarnya potensi terinfeksi ulang rendah.

Para peneliti saat ini mencoba memahami cara mengukur kekebalan seseorang terhadap virus menggunakan tes antibodi. Sebuah studi baru-baru ini yang diterbitkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea menemukan pasien yang pulih dari virus corona jenis baru dan dites positif kembali ternyata tidak menularkan penyakitnya.

Para peneliti menyatakan bahwa materi virus yang dikumpulkan dalam tes itu ternyata adalah virus mati. Studi tersebut juga menemukan bahwa kebanyakan pasien yang sembuh memiliki antibodi penetral yang dapat melindungi seseorang agar tidak sakit lagi.

Para peneliti dalam studi di Korea Selatan (Korsel) menguji 790 orang yang melakukan kontak dekat dengan pasien yang kembali dites positif terkena virus corona jenis baru. Para peneliti mengatakan 27 dinyatakan positif, meskipun tidak ada kasus yang tampaknya disebabkan oleh paparan seseorang yang terinfeksi ulang.

Sementara itu, penelitian lain menunjukkan antibodi yang ada pada orang yang terinfeksi dengan cepat turun setelah beberapa bulan, mungkin menunjukkan bahwa mereka rentan terhadap virus yang sama untuk kedua kalinya. Namun, studi terbaru lainnya menunjukkan bahwa apa yang disebut "sel-T" memiliki kemungkinan untuk memberikan kekebalan setelah pasien sembuh dari virus.

Gary Simon, direktur Divisi Penyakit Menular di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas George Washington, Amerika Serikat (AS) mengatakan jika pasien tersebut dites positif Covid-19, ia akan melihat untuk menentukan apakah ini hanya RNA sisa atau infeksi kedua yang sebenarnya untuk mengesampingkan apakah seseorang memiliki kasus aktif.

Glatt Aaron E. Glatt, seorang spesialis penyakit menular di New York, menyebut laporan dari dua pasien di China yang dites positif sekali lagi merupakan hal tidak biasa. Sampai saat ini, menurut situs resmi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, belum ada kasus Covid-19 yang terbukti terjadi untuk kedua kalinya pada seorang pasien.

“Ada laporan anekdot seperti itu. terjadi, tetapi dokumentasi dalam kasus-kasus sebelumnya kurang. Kedua kasus ini, jika nyata, akan mewakili penemuan baru yang penting, meskipun untungnya masih merupakan peristiwa yang sangat langka,” ujar Glatt.

Lebih lanjut, Glatt mengatakan jika dicurigai terjadi infeksi ulang, isolasi dan pelacakan kontak kembali mungkin diperlukan. Penentuan apakah seorang pasien dengan tes positif selanjutnya dapat menular ke orang lain harus dilakukan berdasarkan kasus per kasus, dengan berkonsultasi dengan spesialis penyakit menular dan otoritas kesehatan masyarakat, setelah meninjau informasi yang tersedia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement