Jumat 14 Aug 2020 18:09 WIB

Peneliti: Vaksin Rusia tak Sesuai Kaidah Penelitian

Sejatinya proses pembuatan vaksin mengikut fase uji klinis 1, 2, dan 3.

Red: Teguh Firmansyah
Dalam foto dari Russian Direct Investment Fund, (6/8), tampak vaksin baru dari Nikolai Gamaleya National Center of Epidemiology and Microbiology di Moskow, Rusia. Negara Rusia, Selasa (11/8), mengumumkan menjadi negara pertama yang menyetujui penggunaan vaksin Covid-19 untuk puluhan ribu warganya. Pengembangnan vaksin Rusia padahal dianggap belum selesai di level uji klinis.
Foto: Alexander Zemlianichenko Jr/ Russian Direct
Dalam foto dari Russian Direct Investment Fund, (6/8), tampak vaksin baru dari Nikolai Gamaleya National Center of Epidemiology and Microbiology di Moskow, Rusia. Negara Rusia, Selasa (11/8), mengumumkan menjadi negara pertama yang menyetujui penggunaan vaksin Covid-19 untuk puluhan ribu warganya. Pengembangnan vaksin Rusia padahal dianggap belum selesai di level uji klinis.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manajer Peneliti Biomolekular Australian National University dan Direktur Utama Lipotek Australia, Ines Atmosukarto mengatakan vaksin Covid-19 buatan Rusia tidak sesuai kaidah penelitian vaksin. Ini karena seharusnya menjalani seluruh fase uji klinis yakni fase 1, 2, dan 3.

"Vaksin tersebut baru fase 1 tiba-tiba Perdana Menteri Putin mengumumkan bahwa ini sudah akan diberikan kepada masyarakat, tentunya kalau dari segi kita sebagai peneliti dan kebetulan terlibat dalam pengembangan vaksin bahwa suatu vaksin bisa loncat dari fase 1 langsung diberikan kepada masyarakat itu menyalahi banyak kaidah penelitian terutama dalam menjaga keselamatan orang-orang yang nanati akan diberikan vaksin," kata Ines dalam diskusi publik dalam jaringan "COVID-19 dan Prospek Vaksin untuk Indonesia" di Jakarta, Jumat.

Baca Juga

Menurut dia, pengembangan vaksin harus melalui uji klinis fase 1, 2, dan 3 karena untuk menjamin keamanan dan manfaat dari vaksin. Keselamatan dan keamanan menjadi sangat krusial karena vaksin disuntikkan pada orang sehat untuk mencegah terinfeksi dari penyakit tertentu.

"Sangat berbahaya apabila tiba-tiba nanti karena kita semua dalam 'race' mencari vaksin tiba-tiba kita membiarkan atau membolehkan adanya motong jalan yang mungkin drastis," tuturnya.