REPUBLIKA.CO.ID, Sentimen anti-Muslim menjadi tersebar luas di masyarakat Amerika Serikat setelah serangan teroris September 2001.
Fenomena ini adalah hasil dari upaya yang sangat terkoordinasi dengan baik oleh jaringan kecil organisasi anti-Muslim. Mereka tidak hanya berhasil di media massa, tetapi juga semakin memengaruhi kebijakan kontraterorisme.
Namun, di tengah-tengah sentimen Anti-Islam di Amerika Serikat, justru populasi Muslim di negeri asal Paman Sam itu meningkat.
Islam adalah agama terbesar ketiga di Amerika Serikat setelah Kristen dan Yahudi. Menurut sebuah studi yang dilakukan Pew Research pada 2010 jumlah Muslim di Amerika Serikat yakni 0,9 persen dari total populasi Amerika Serikat.
Namun, perkiraan baru pada 2016 mengungkap bahwa akan ada 3,3 juta Muslim yang tinggal di Amerika Serikat atau sekitar satu persen dari total penduduk Amerika Serikat.
Edward E Curtis, dalam Muslims in America: A Short History (2009) menjelaskan, pertumbuhan jumlah umat Islam di Amerika Serikat ini didorong dengan tingginya angka kelahiran dari komunitas imigran keturunan Arab dan Asia Selatan. Sekitar 72 persen dari Muslim Amerika Serikat adalah imigran atau generasi kedua.
Jika merujuk sejarah, faktor melonjaknya populasi Muslim dipicu antara lain oleh migrasi ribuan Muslim dari bekas wilayah Kesultanan Ottoman dan Mughal ke Amerika Serikat pada 1880-an hingga 1914. Populasi Muslim Amerika Serikat mengalami peningkatan dramatis pada abad ke-20.
Muslim Amerika Serikat berasal dari berbagai latar belakang etnik dan ras. Ada yang asli kelahiran Amerika Serikat ataupun dari negara lainnya. Dilansir dari colostate.edu, Muslim Amerika terdiri atas orang Afrika-Amerika, Indo-Pakistan, Arab, Afrika, Turki, dan Asia Tenggara. Domisili mereka tersebar di Amerika Serikat dengan konsentrasi terbanyak di Kalifornia, New York, Illinois, New Jersey, Indiana, Michigan, Virginia, Texas, Ohio, dan Maryland.