REPUBLIKA.CO.ID, ST. CLOUD -- Hudda Ibrahim berupaya menjembatani keberagaman dan budaya melalui buku anak-anak yang menampilkan tentang gadis berhijab. Pada April lalu, wanita berhijab yang tinggal di St. Cloud di Minnesota, Amerika Serikat, ini menerbitkan buku anak-anak dengan judul What Color is My Hijab?
Buku anak-anak yang dirilis Ibrahim ini menampilkan wanita Muslim dalam berbagai profesi, seperti pilot, pengusaha, politikus yang melaksanakan pekerjaan mereka dengan mengenakan jilbab. Ibrahim mengatakan, buku yang diciptakannya ini terinspirasi dari keinginan anak-anak yang ingin melihat karakter yang mirip dengan mereka sendiri.
Tahun lalu, keponakannya Fatima bertanya mengapa buku-buku tidak memiliki karakter seperti dia. Ibrahim lantas berkata, "Saya akan melakukannya. Saya akan memperbaikinya."
Karena kondisi pandemi Covid-19, Ibrahim tidak bisa menggelar peluncuran buku seperti biasa. Dia kemungkinan akan mengadakan acara peluncuran buku itu tahun depan. Sementara ini, ia mengadakan acara di jejaring Facebook.
Beruntung, buku anak-anak tersebut mendapat dukungan sebelum diterbitkan. Ibrahim juga melakukan penggalangan dana melalui Kickstarter. Saat ini, ia juga tengah mengerjakan versi bahasa Spanyol dari cerita di buku tersebut.
Ibrahim begitu antusias dengan buku anak pertamanya ini. Seni penuh warna yang dibuat oleh ilustrator yang berbasis di Kalifornia, Meenal Patel, menghiasi halaman buku anak-anak ini.
"Saya sangat senang mendapat kesempatan menghasilkan karya sedemikian sehingga anak-anak yang mirip saya dan anak-anak yang tidak mirip saya akan membaca buku ini dan belajar sesuatu darinya. Buku ini membantu anak-anak yang ingin melihat diri mereka terwakili dalam literatur dan mereka yang bertanya-tanya mengapa anak-anak ini berpakaian berbeda atau terlihat berbeda," kata Ibrahim, awal pekan ini.
Ibrahim memandang dirinya sebagai pembangun jembatan dan perantara budaya. Perannya sendiri sebagai presiden dan pendiri dari Filsan Talent Partners, yang membantu perusahaan mendiversifikasi tenaga kerjanya. Dia melakukan pekerjaan itu di ruang kelas di St. Cloud Technical and Community College, tempat dia mengajar tentang keragaman dan keadilan sosial.
Murid-muridnya di Technical and Community College itu bertanya mengapa dia memakai jilbab. Sementara yang lain bertanya apakah dia memakainya karena suami atau ayahnya. Ibrahim lantas menjawab hal itu merupakan keputusannya.
Dia memakai jilbab untuk menunjukkan kesopanan dan menunjukkan kebanggaan pada warisan, budaya dan nilai-nilainya. Ibrahim mengatakan mereka berbicara tentang pengungsi dan imigran yang datang ke AS.
Karena itu, mereka mendidik diri sendiri setiap hari tentang negara dan budaya baru serta nilai-nilainya. Ibrahim berharap bukunya tersebut akan mendidik anak-anak dan orang tua tentang tetangga Muslim mereka.
"Buku ini benar-benar menceritakan kisah keberagaman dan inklusi serta menginspirasi gadis-gadis muda untuk bangga dengan diri mereka sendiri," kata Ibrahim.
Megan Kalk, yang bekerja dengan Ibrahim di Filsan Talent, mengatakan perempuan dalam buku tersebut berasal dari ras yang berbeda. Mereka memakai berbagai jenis pakaian dan memiliki kemampuan yang berbeda. Menurutnya, buku anak-anak tentang hijab ini penting karena menonjolkan jilbab dan keragaman di antara wanita Muslim.
Kalk juga menyukai buku tersebut lantaran menunjukkan wanita Muslim dengan berbagai keterampilan, termasuk atletik dan keterampilan profesional. Putrinya sendiri yang berusia sembilan tahun memakai jilbab.
"Semua peluang ini terbuka untuknya. Memberdayakan perempuan untuk melihat wanita dalam banyak karier berbeda," ujar Kalk.
Ia menuturkan, Ibrahim memberitahunya tentang ide buku tersebut sebelum dia menulisnya. Keeseokan harinya, buku itu rampung.
"Dia bekerja sepanjang waktu dengan sekitar satu juta ide di atas meja sekaligus," katanya.
Sebelumnya, pada 2017 Ibrahim pernah menerbitkan buku tentang pengalaman pengungsi Somalia, yang berjudul From Somalia to Snow. Kalk mengatakan, Ibrahim tidak mengikuti taman kanak-kanak seperti kebanyakan pembaca mudanya.
Keluarganya melarikan diri dari perang saudara saat dia masih di taman kanak-kanak. Ibrahim dibesarkan di Afrika, sedangkan adik perempuannya Lula Ibrahim dibesarkan di AS.
"Pada titik tertentu di masa kanak-kanak Anda mulai menyadari tidak ada karakter yang berhubungan dengan Anda, selain sebagai anak-anak. Jika saya menemukan buku seperti ini (sebagai seorang anak), itu akan membuat saya bahagia," ujar sang adik, Lula Ibrahim.
Lula mengungkapkan, keponakan mereka menyukai buku What Color is My Hijab? dan ingin Ibrahim menulis lebih banyak buku. Ibrahim telah menyarankan keponakannya bernama Fatima itu menjadi ilustratornya karena dia seorang seniman. Fatima yang kini berusia delapan tahun itulah yang menginspirasi pembuatan buku tersebut.
"Anak-anak kecil mendorong ini yang menunjukkan betapa ini dibutuhkan. Saya ingin mendorong lebih banyak penulis dari warna kulit dan dari agama yang berbeda dan jenis orang yang berbeda untuk mengetahui ada anak-anak yang menunggu untuk melihat hal-hal seperti ini," kata Lula.
Ibrahim menulis buku ini untuk gadis-gadis seperti Fatima. Dia juga menulisnya untuk anak-anak lain yang tidak mengenalkan jilbab sehingga mereka dapat lebih memahami anak-anak yang mengenakan jilbab.