REPUBLIKA.CO.ID, Ar-Risalah al-Jamiah merupakan salah satu kitab klasik yang mengulas intisari Islam. Penulisnya merupakan seorang habib asal Hadramaut, yakni al-Allamah al-Habib Ahmad bin Zein al-Habsyi.
Alim tersebut lahir di Kota Ghurfah pada awal 1069 H. Begitu banyak karya yang dihasilkannya, baik berupa kitab, teks khutbah, nasihat, maupun korespondensi mengenai seluk-beluk ilmu-ilmu agama.
Namanya disebut-sebut sebagai penerus terkemuka dari gurunya sendiri, yaitu al-Quthub al-Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad.
Al-Habib Ibnu Zein wafat pada 19 Sya'ban 1145 H di kota kelahirannya. Jenazahnya dikebumikan di Kota al-Hauthah. Layaknya kitab-kitab penting, ar-Risalah al-Jamiah juga menuai komentar dan penjelasan (syarah).
Yang cukup menarik dari syarah karya Syekh Shaleh itu adalah uraiannya tentang keutamaan menjaga hati dari maksiat. Berangkat dari pembacaannya atas kitab Ar-Risalah al-Jamiah, ia berpandangan, seorang Muslim wajib memelihara hatinya dari kecenderungan pada maksiat. Ia mengutip suatu sabda Nabi Muhammad SAW:
ألا وإنَّ في الجَسَدِ مُضْغَةً، إذا صَلَحَتْ، صَلَحَ الجَسَدُ كُلُّهُ، وإذا فَسَدَتْ، فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، ألا وهي القَلْبُ
“Sesungguhnya, di dalam badan ini terdapat sekerat daging. Jika ia baik, maka baiklah seluruh badan, dan jika ia rusak, maka rusaklah seluruh badan. Sesungguhnya, ia adalah hati.” (HR Bukhari dan Muslim).
Di antara maksiat hati yang harus dihindari adalah meragukan keberadaan Allah. Tak cukup itu, seorang mukmin hendaknya jauh dari perasaan aman dari makar Allah, putus asa dari rahmat- Nya, dan apalagi sombong di antara sesama hamba Allah.
Maksiat hati lainnya yang mesti diwaspadai ialah ujub alias berbangga diri. Kemudian, dengki, terbiasa bermaksiat, berprasangka buruk kepada Allah, serta mengecilkan sesuatu yang besar dalam pandangan Allah.
Syarah ini juga menegaskan, seorang mukmin wajib menjaga tujuh anggota badannya, yakni perut, lisan, mata, telinga, tangan, kaki, dan kemaluan. Semuanya harus dijaga agar tidak melakukan maksiat.
Syekh Shaleh menukil nasihat dari Al-Imam Abdullah bin Alwi al Hadda, Sesuatu yang terpenting bagi seorang yang beriman adalah mewas padai hati dan anggota badannya serta merawat keduanya.
Bersungguh-sungguh dalam menjaga keduanya dan mencegahnya dari hal-hal yang dimurkai dan dibenci Allah, dan memfungsikan keduanya untuk hal-hal yang disukai dan diridhai Allah.
Mengapa tujuh anggota badan itu menjadi sorotan? Sebab, semuanya kelak akan dimintai pertanggung jawaban di hadapan Allah SWT. Ingatlah surat al-Isra ayat 36, artinya:
إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَٰئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا
“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu kelak akan ditanya (di pertanggungjawabkan). Begitu pula dengan surat an-Nur ayat 24:
يَوْمَ تَشْهَدُ عَلَيْهِمْ أَلْسِنَتُهُمْ وَأَيْدِيهِمْ وَأَرْجُلُهُمْ بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan.”
Penulis menyinggung, umpamanya, ihwal maksiat perut. Menurut dia, di antara perbuatan yang tergolong demikian adalah memakan harta riba. Allah dan rasul-Nya melaknat pemakan harta riba. Siapa pun yang mendukung seseorang untuk memakan harta riba juga akan tertimpa laknat.