REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Eks pebasket nasional, Tri Adnyanaadi Lokatanaya, yang tengah berjuang melawan efek sakit diabetes yang merundungnya dalam beberapa tahun terakhir, mendapat perhatian cukup besar dari komunitas basket di Tanah Air. Penggalangan dana yang diselenggarakan para wartawan yang tergabung dalam komunitas Jurnalis Peduli dan Suka Olahraga (Jusraga) lewat lelang barang dan donasi langsung, ternyata mendapat respons positif dari khalayak.
Tri dalam pengobatan menyembuhkan luka yang timbul di kakinya akibat penyakit diabetes. Ia butuh sokongan dana karena pekerjaannya sebagai pelatih basket terhenti akibat pandemi Covid-19.
"Saya sangat berterima kasih dan terharu dengan adanya penggalangan dana yang dilakukan Jusraga. Semoga seluruh insan olahraga Indonesia dijauhkan dari penyakit dan selalu dalam kondisi sehat," ujar Tri, panggilan akrabnya, melalui obrolan daring via zoom meeting, Jumat (14/8) malam.
Pria kelahiran Singaraja, Bali, 3 Oktober 1971 silam juga menyinggung sedikit tentang luka yang timbul di kakinya. Menurutnya, perkembangan luka hingga taraf membahayakan dan berisiko diamputasi berlangsung dalam hitungan hari. Untungnya, tindakan medis cepat diambil.
Tri harus dioperasi untuk mengeringkan luka menganga di kakinya. Berdasarkan penuturan tenaga medis yang merawatnya, luka di kaki Tri sudah semakin membaik. Luka Tri diperkirakan akan sembuh dalam rentang 1,5 sampai 2 bulan ke depan. "Itu kalau dia disiplin dalam pengobatan dan menjaga gula darahnya. Juga menjaga kebersihan kakinya dengan menggunakan kaus kaki. Mungkin dalam empat bulan ke depan dia sudah bisa kembali beraktivitas di lapangan basket," kata Dwi, sang tenaga medis tersebut.
Penyerahan dana bantuan ini dilakukan secara simbolis oleh perwakilan Jusraga, Richard Latunussa alias Richard Insane, di kediaman Tri di Denpasar, Bali pada Jumat malam. Total dana yang berhasil dikumpulkan Jusraga selama 10 hari hingga Jumat malam sebesar Rp 30.488.000,- (tiga puluh juta empat ratus delapan puluh delapan ribu rupiah) dan dikirimkan langsung ke rekening milik Tri.
Sebelum penyerahan dana, Jusraga menggelar bincang-bincang virtual melalui live Instagram dan Zoom Meeting. Sejumlah rekan Tri semasa masih bermain seperti Fictor Gideon Roring dan Ocky Tamtelahitu ikut bergabung dalam obrolan daring ini. Ada pula mantan petenis nasional Wukirasih Sawondari yang berteman dekat dengan Tri.
Kemudian mantan pelatih fisik tim Aspac yang dulu pernah menangani Tri di klub dan timnas basket Indonesia yang meraih perak SEA Games 2001, Octavianus Matakupan. Tak ketinggalan Ketua Umum PP Perbasi Danny Kosasih bergabung dalam Zoom Meeting. Semua memberikan dukungan dan semangat kepada Tri agar segera sembuh dari sakitnya dan bisa beraktivitas kembali.
Dari live Instagram, sejumlah penggemar basket juga ikut memberikan dukungan dan semangat untuk kesembuhan Tri. Salah satunya Udjo Project Pop yang dikenal sebagai penggemar Aspac, klub yang paling lama dibela Tri.
Dalam bincang virtual ini, Tri sempat menyinggung awal mulanya berkarier sebagai pebasket nasional. Setelah masuk Sekolah Olahraga Ragunan pada 1986, kemampuannya dilihat oleh bos Aspac Irawan Haryono dalam sebuah turnamen di Jawa Tengah. Saat itu, Tri membela klub Glory karena diajak oleh Danny Kosasih yang sekarang menjadi Ketua Umum PP Perbasi. Irawan yang kepincut langsung meminta izin Danny untuk mengajak Tri bergabung ke Aspac, meskipun saat itu dia masih berstatus siswa di Ragunan. Ia pun mulai membela Aspac sejak 1988 hingga 2004. Tri pensiun pada 2005 setelah membela Mitra Kalila selama semusim.
Mantan pelatih fisik Aspac yang juga dosen di Universitas Negeri Jakarta, Octavianus Matakupan, memuji etos kerja Tri. Bung Oktav, sapaannya, mengungkapkan, kehebatan Tri di lapangan salah satunya karena ketangguhan mentalnya. Pria yang 11 tahun memperkuat timnas basket Indonesia tersebut tak cengeng. Ia tak pernah mengeluh dan selalu melahap program latihan yang diberikan pelatih fisik dengan maksimal.
"Pada masa jayanya, otot kakinya bisa menopang lima kali berat tubuhnya. Kekuatan itu yang membuat dia bergerak dengan mudah saat beraksi di lapangan. Saya bersyukur bisa bekerja sama dengan pemain seperti Tri di Aspac dan tim nasional," ujar Bung Oktav.
Tri berterima kasih atas dukungan besar rekan-rekan sesama insan basket nasional yang diberikan kepadanya, baik moril maupun materil. "Saya juga berterima kasih kepada Jusraga sudah mau menggelar kegiatan ini dan masih mengingat saya. Semoga kebaikan teman-teman wartawan semua mendapatkan balasan yang baik pula," kata Tri.
Tri membela timnas basket Indonesia sejak 1989. Ia selalu terpilih dalam skuat timnas basket Indonesia yang berlaga di SEA Games sejak 1991 sampai 1999. Pada 2001 saat timnas meraih perak, Tri juga masuk, tapi gagal beraksi karena cedera. Posisinya digantikan Pek Khing Day. Uniknya, King Dhay menggunakan seragam Tri karena masuk jelang keberangkatan.
Tri menjalani karier profesionalnya di basket sejak 1989 sampai 2003 bersama Aspac Jakarta, Tri akhirnya pensiun setelah membela Mitra Kalila pada 2004.
Usai gantung sepatu, Tri menjadi asisten pelatih di berbagai klub. Ia kemudian pernah menangani tim Jabar putra U-19, tim putri Sahabat Semarang, serta NSH GMC. Tri juga pernah menjadi asisten pelatih timnas basket putri.
“Kami mengetahui coach Tri sakit akhir bulan lalu. Beliau masih membutuhkan dukungan moril maupun materil selama perawatan sampai benar-benar sembuh. Kita tahu, luka bagi penderita diabetes bisa berdampak lebih buruk dibandingkan orang non-diabetes. Apalagi, profesinya sebagai pelatih menuntut fisik yang baik,” kata Roosyudhi Priyanto, Humas IBL yang dekat dengan Tri saat masih menjadi jurnalis Tabloid Bola.
Ketua Jusraga Erly Bahtiar mengungkapkan, pihaknya belakangan banyak dihubungi oleh olahragawan dan meminta melakukan kegiatan yang sama kepada insan olahraga lain yang memerlukan bantuan. "Jusraga akan mencoba menggelar kegiatan ini tidak hanya di bola basket saja, tetapi kepada insan olahraga lain yang memerlukan bantuan," kata Erly.