Sabtu 15 Aug 2020 15:38 WIB

Erdogan: Turki Bisa Tangguhkan Hubungan dengan UEA

Erdogan mengkritik keras kesepakatan normalisasi hubungan UEA-Israel.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Reiny Dwinanda
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut negaranya akan terus mendukung rakyat Palestina. Ia mempertimbangkan untuk menangguhkan hubungan diplomatik dengan Uni Emirat Arab yang telah menormalisasi hubungan diplomatiknya dengan Israel.
Foto: Anadolu Agency
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut negaranya akan terus mendukung rakyat Palestina. Ia mempertimbangkan untuk menangguhkan hubungan diplomatik dengan Uni Emirat Arab yang telah menormalisasi hubungan diplomatiknya dengan Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, negaranya dapat menangguhkan hubungan diplomatik dengan Uni Emirat Arab (UEA). Pernyataan itu merupakan reaksinya atas langkah UEA menjalin kesepakatan normalisasi hubungan dengan Israel.

"Saya memberi perintah kepada menteri luar negeri. Saya mengatakan, kami dapat menangguhkan hubungan diplomatik dengan pemerintah Abu Dhabi atau menarik duta besar kami," kata Erdogan kepada awak media pada Jumat (14/8), dikutip laman Al Araby.

Baca Juga

Turki adalah negara yang mengkritik keras kesepakatan normalisasi hubungan antara Israel dan UEA. Erdogan menyebut, sejarah tidak akan melupakan mereka yang mengkhianati rakyat Palestina dan menjual perjuangan Palestina.

"Turki akan terus mendukung rakyat Palestina," kata juru bicara Erdogan, Ibrahim Kalin melalui akun Twitter pribadinya.

Hubungan Turki dan UEA memang telah memanas sebelumnya. Kondisinya memburuk saat kedua negara terlibat dalam konflik Libya.

Kedua negara tersebut mendukung pihak yang berlawanan di Libya. Turki mendukung Government of National Accord (GNA), yakni pemerintahan Libya yang diakui PBB, sementara UEA menyokong Libyan National Army (LNA) pimpinan Jenderal Khalifa Haftar.

Kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik antara UEA dan Israel tercapai dengan bantuan Amerika Serikat (AS). Kesepakatan itu muncul setelah Presiden AS Donald Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Putra Mahkota UEA Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan melakukan percakapan via telepon pada Kamis (13/8).

Di bawah kesepakatan tersebut, Israel setuju untuk menangguhkan pencaplokan sebagian wilayah Tepi Barat. Namun Netanyahu menekankan, rencana aneksasi tidak sepenuhnya disingkirkan.

"Kami tidak akan menyerahkan hak kami atas tanah kami. Tidak ada perubahan rencana saya untuk memperluas kedaulatan, kedaulatan kami atas Yudea dan Samaria (Tepi Barat), di bawah koordinasi penuh dengan AS," katanya.

Sebaliknya, UEA menganggap normalisasi menghentikan rencana aneksasi Israel. "Kesepakatan telah dicapai untuk menghentikan lebih jauh aneksasi Israel terhadap wilayah Palestina," cicit Al Nahyan di Twitter, dikutip Aljazirah.

Palestina telah mengecam kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik antara UEA dan Israel. Ia memandang hal itu sebagai pengkhianatan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement