Sabtu 15 Aug 2020 16:34 WIB

UEA: Kesepakatan dengan Israel Bukan untuk Lawan Iran

Menlu UEA menyebut negaranya memiliki hubungan yang sangat rumit dengan Iran.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Reiny Dwinanda
Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Anwar Gargash menyebut kesepakatan normalisasi hubungan bilateral dengan Israel bukan upaya untuk melawan Iran.
Foto: AP Photo/Kamran Jebreili
Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Anwar Gargash menyebut kesepakatan normalisasi hubungan bilateral dengan Israel bukan upaya untuk melawan Iran.

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) membantah anggapan bahwa kesepakatan normalisasi hubungan yang dicapainya dengan Israel bertujuan untuk melawan Iran. UEA menekankan tidak ingin memprovokasi negara tetangganya.

"Ini bukan tentang Iran. Ini tentang UEA, Israel, dan Amerika Serikat (AS). Ini sama sekali tidak dimaksudkan untuk membuat semacam pengelompokan melawan Iran," kata Menteri Luar Negeri UEA Anwar Gargash, dikutip laman Al Arabiya, Sabtu (15/8).

Baca Juga

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump telah berupaya membingkai kesepakatan normalisasi yang dicapai dengan UEA sebagai bagian dari upaya untuk menghadapi serta mengisolasi Iran. Namun, Gargash menegaskan UEA tidak ingin memprovokasi negara tetangganya terkait penyelesaian persoalan dengan Teheran.

"Kami memiliki hubungan yang sangat rumit dengan Iran. Meskipun kami memiliki keprihatinan, kami juga merasa bahwa menyelesaikan masalah ini harus melalui diplomasi dan deeskalasi," ujarnya.

Gargash pun membalas kritik yang dilayangkan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan terkait tercapainya kesepakatan normalisasi hubungan dengan Israel. Menurut dia, Turki menerapkan standar ganda ketika menyebut kesepakatan yang dicapai negaranya merupakan pukulan besar bagi hak-hak rakyat Palestina.

"Mereka (Turki) menerima lebih dari setengah juta turis Israel, memiliki perdagangan bilateral senilai dua miliar dolar AS, dan memiliki kedutaan besar di sana. Dan saya bertanya kepada diri sendiri apakah ini posisi berprinsip atau tidak," kata Gargash.

Dia mengatakan, UEA tetap prihatin atas masalah pencaplokan tanah Palestina. "Melalui proklamasi yang imajinatif ini, setidaknya kami telah mampu memberikan ruang negosiasi," ucapnya.

Sebelumnya, Erdogan mengatakan, negaranya dapat menangguhkan hubungan diplomatik dengan UEA menyusul tercapainya kesepakatan normalisasi dengan Israel.

"Saya memberi perintah kepada menteri luar negeri. Saya mengatakan kami dapat menangguhkan hubungan diplomatik dengan pemerintah Abu Dhabi atau menarik duta besar kami," kata Erdogan kepada awak media pada Jumat (14/8), dikutip laman Al Araby.

Kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik antara UEA dan Israel tercapai dengan bantuan AS. Kesepakatan itu muncul setelah Presiden AS Donald Trump, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, dan Putra Mahkota UEA Sheikh Mohammed bin Zayed Al Nahyan melakukan percakapan via telepon pada Kamis (13/8).

Di bawah kesepakatan tersebut, Israel setuju untuk menangguhkan pencaplokan sebagian wilayah Tepi Barat. Namun Netanyahu menekankan, rencana aneksasi tidak sepenuhnya disingkirkan.

"Kami tidak akan menyerahkan hak kami atas tanah kami. Tidak ada perubahan rencana saya untuk memperluas kedaulatan, kedaulatan kami atas Yudea dan Samaria (Tepi Barat), di bawah koordinasi penuh dengan AS," katanya.

Palestina telah mengecam kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik antara UEA dan Israel. Ia memandang hal itu sebagai pengkhianatan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement