REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Batu-batu nisan di Jawa Timur yang ditemukan di wilayah nonpantai Majapahit meragukan pendapat yang telah lama diyakini bahwa Islam di Jawa berasal dari wilayah pantai dan mewakili oposisi politik dan agama untuk kerajaan. Hal itu dinyatakan Ricklefs (1991) dalam Sejarah Modern Indonesia.
Ia berpendapat, sebagai kerajaan dengan kontak politik dan perdagangan yang luas, Majapahit hampir pasti telah berhubungan dengan pedagang Muslim sehingga muncul dugaan akan kemungkinan ketertarikan pihak istana pada agama para pedagang Muslim. Sedangkan, guru-guru Sufi mengklaim bahwa kekuatan supranatural berperan lebih atas kemungkinan perpindahan agama para elite istana tersebut, mengingat mereka telah lama akrab dengan aspek mistisisme Hindu dan Buddha.
Raden Abdulkadir Widjojoatmodjo dalam Islam in the Netherlands East Indies(1942) mengatakan, ketika orang-orang pantai yang meng adopsi Islam dianggap tidak jelas, seorang Muslim Cina bernama Ma Huan dan utusan Kerajaan Cina mengunjungi Jawa pada 1416. Mereka merekam perjalanan tersebut dalam sebuah buku berjudul Ying-yai Sheng-lan: The Overall Survey of the Ocean’s Shores(1433).
Dalam buku tersebut (diedit dan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh John Vivian Gottlieb Mills, diterbitkan pada 1970), disebutkan bahwa pada masa itu hanya terdapat tiga tipe masyarakat di Jawa. Yakni, Muslim dari Barat, masyarakat dari etnis Cina (sebagian beragama Islam), dan orang-orang kafir.