REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Ribuan warga Israel kembali melakukan aksi demonstrasi di luar kediaman resmi Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu pada Sabtu (15/8) malam waktu setempat. Warga melanjutkan seruannya agar Netanyahu mundur meski ada perjanjian bersejarah untuk membangun hubungan diplomatik dengan Uni Emirat Arab (UEA).
Warga Israel telah berkumpul di luar kediaman Netanyahu beberapa kali dalam sepekan sepanjang musim panas, dilansir di Global News, Ahad (16/8). Warga memprotes penanganan Netanyahu terhadap krisis virus corona. Selain itu, warga juga menyebut bahwa Netanyahu tidak boleh tetap menjabat saat diadili atas tuduhan korupsi.
Ribuan orang memadati Yerusalem tengah pada Sabtu malam, membunyikan klakson, mengibarkan bendera Israel, dan meneriakkan slogan-slogan menentang Netanyahu. Protes yang lebih kecil terjadi di dekat rumah pantai pribadi Netanyahu di kota pesisir kelas atas Caesaria, sementara demonstrasi lainnya berlangsung di jembatan dan persimpangan di seluruh negeri.
Ada banyak polisi yang mengawasi demonstrasi tersebut tetapi tidak ada laporan tentang kekerasan serius. Di pusat kota Hadera, polis menangkap seorang pria berusia 20 tahun yang melemparkan petasan ke arah para demonstran.
Unjuk rasa menentang Netanyahu adalah yang terbesar yang pernah terjadi di Israel sejak protes 2011 atas tingginya biaya hidup di negara itu. Meski begitu, warga tampaknya tidak langsung mengancam Netanyahu.
Demonstrasi, yang berlangsung beberapa kali sepekan di lokasi-lokasi di seluruh negeri, diorganisasi oleh jaringan kelompok aktivis yang longgar. Beberapa orang keberatan Netanyahu tetap menjabat saat dia diadili. Netanyahu telah didakwa melakukan penipuan, pelanggaran kepercayaan, dan menerima suap dalam serangkaian skandal. Banyak pula yang membawa bendera hitam.
Di sisi lain, Netanyahu mencoba meredam protes, dengan mengumumkan rencana menjalin hubungan dengan UEA. Dengan demikian, ini akan menjadikan UEA sebagai negara ketiga yang saat ini memiliki hubungan diplomatik formal dengan Israel. Namun, upaya Netanyahu tampak tidak mempengaruhi pengunjuk rasa.
Setelah bergerak cepat untuk menahan virus corona pada musim semi lalu, banyak yang percaya Israel membuka kembali ekonominya terlalu cepat, sehingga menyebabkan lonjakan kasus. Israel sekarang menghadapi lonjakan kasus, sementara pengangguran melonjak hingga lebih dari 20 persen.
Banyak demonstran, termasuk banyak pemuda pengangguran Israel, menuduh Netanyahu salah menangani krisis virus corona dan kerusakan ekonomi yang ditimbulkannya.