Ahad 16 Aug 2020 14:18 WIB

Israel-UEA Sepakati Penelitian Covid-19 di Tengah Kecaman

Israel dan UEA menyepakati normalisasi hubungan

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Balai Kota Tel Aviv diterangi dengan bendera Uni Emirat Arab dan Israel saat kedua negara mengumumkan akan menjalin hubungan diplomatik penuh, di Tel Aviv, Israel, Kamis (13/8/2020).
Foto: AP / Oded Balilty
Balai Kota Tel Aviv diterangi dengan bendera Uni Emirat Arab dan Israel saat kedua negara mengumumkan akan menjalin hubungan diplomatik penuh, di Tel Aviv, Israel, Kamis (13/8/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Perusahaan Uni Emirate Arab (UEA), APEX National Investment mengumumkan penandatanganan perjanjian komersial strategis dengan TeraGroup yang berbasis di Israel pada Sabtu (15/8). Keduanya menyepakati pengembangan penelitian tentang pandemi virus corona.

Emirates News Agency melaporkan, perjanjian tersebut ditandatangani oleh Pemimpin APEX National Investment, Yousef Khouri, dan CEO TeraGroup, Oren Sadiv di Al Qudra Holding, Abu Dhabi. Penandatanganan tersebut juga dihadiri oleh perwakilan dari First Capital Group, Ido Berniker serta sejumlah pejabat.

Baca Juga

“Kami senang melakukan kerja sama dengan TeraGroup yang merupakan mitra bisnis pertama untuk meresmikan perdagangan, ekonomi dan kemitraan efektif antara sektor bisnis Emirat dan Israel, serta untuk kepentingan melayani umat manusia dengan memperkuat penelitian dan studi tentang virus corona," kata Khouri.

Sementara itu, Oren Sadiv berharap perjanjian kerja sama ini dapat mencapai tujuan yang menguntungkan semua orang secara ekonomi, khususnya di tengah pandemi virus corona yang merajalela di dunia. Perjanjian tersebut bertujuan untuk meningkatkan penelitian terhadap virus corona. Termasuk mengembangkan perangkat pengujian yang akan membantu mempercepat proses, dan memberikan pengujian yang akurat serta efektif sesuai dengan standar internasional.

Perjanjian tersebut menyusul adalah langkah awal dari normalisasi hubungan antara UEA dan Israel, yang diumumkan di Gedung Putih. Pada Kamis (13/8), Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan bahwa Israel dan UEA telah mencapai perjanjian perdamaian yang bersejarah dalam membangun hubungan diplomatik secara utuh. Berdasarkan kesepakatan tersebut, Tel Aviv sepakat untuk menunda pencaplokan atau aneksasi wilayah Tepi Barat.

Normalisasi hubungan UEA-Israel menandai ketiga kalinya negara Arab membuka hubungan diplomatik secara penuh dengan Israel. Negara Arab lainnya yang memiliki hubungan diplomatik dengan Israel adalah Mesir dan Yordania. UEA menjadi negara Teluk Arab pertama yang membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Beberapa negara menyambut baik kesepakatan normalisasi hubungan antara Israel dan UEA. Namun, kesepakatan itu telah memicu kemarahan di sebagian besar negara Muslim. Palestina telah mengecam kesepakatan normalisasi antara UEA dan Israel yang dijembatani AS. Menurutnya hal itu merupakan sebuah pengkhianatan. Palestina selama ini tak mengakui upaya mediasi dilakukan AS. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement