REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Lebih dari 1.000 warga berunjuk rasa di ibu kota Thailand, Bangkok, Ahad (16/8). Demonstran menuntut pengunduran diri pemerintah, amendemen konstitusi, serta mendesak otoritas keamanan setempat berhenti menangkap aktivis dari kalangan oposisi.
Aksi massa hari ini (16/8) memperlihatkan dukungan yang lebih luas terhadap tuntutan perubahan di Thailand, khususnya setelah sejumlah kelompok mahasiswa dan pelajar rutin berunjuk rasa hampir setiap hari bulan lalu.
"Kami di sini dari berbagai kelompok yang berbeda, dari kelompok umur yang berbeda," kata Kukkik, seorang mahasiswa pascasarjana berusia 29 tahun. Ia ditemui saat pengunjuk rasa berseru: "Jatuhkan kepemimpinan diktator, panjang umur demokrasi!"
Seraya menunggu kedatangan Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha, seorang bekas petinggi junta yang menang pemilihan umum tahun lalu, massa aksi juga menuntut dikuranginya kekuasaan kerajaan. Tuntutan itu merupakan isu yang lama tabu dibicarakan di Thailand.
Massa aksi berkumpul di Monumen Demokrasi, Bangkok, untuk bergabung dengan salah satu unjuk rasa terbesar di Thailand sejak PM Prayuth berkuasa lewat kudeta 2014. Kepolisian mengatakan sekitar 600 anggotanya telah dikerahkan untuk menjaga ketertiban selama unjuk rasa.
Beberapa massa mengenakan kaos kuning sebagai simbol mendukung kerajaan juga menggelar unjuk rasa. Massa tandingan itu mengibarkan bendera nasional dan mengusung foto Raja Maha Vajiralongkorn dan anggota keluarga kerajaan lainnya.
"Saya tidak peduli jika mereka menentang pemerintah tetapi mereka tidak dapat menyentuh kerajaan," kata Sumet Trakulwoonnoo, ketua kelompok loyalis kerajaan, Pusat Koordinasi Mahasiswa Vokasi untuk Pelindungan Lembaga Nasional (CVPI).
"Kami di sini untuk mengawasi aksi lain, apakah mereka menghina kerajaan atau tidak dan kami akan menempuh jalur hukum jika mereka berbuat demikian," kata dia, seraya menekankan, kelompoknya berada di lokasi untuk aksi damai.
Selama lebih dari 10 tahun, Bangkok mengalami banyak gejolak massa, di antaranya bentrok antara demonstran berbaju kuning dengan pengunjuk rasa berbaju merah yang loyal terhadap eks perdana menteri Thaksin Shinawatra.
Namun, rangkaian aksi massa yang belum lama digelar tidak berujung bentrok.
Beberapa eks pendukung Thaksin juga ikut berunjuk rasa pada hari ini.
"Para mahasiswa telah turun ke jalan selama beberapa minggu terakhir dan saya ingin mendukung mereka," kata Thanyarak Suksarard, 50, seorang demonstran senior dari kalangan baju merah. "Saya mendukung mereka yang menuntut perubahan politik," kata dia.
Sikap antipemerintah massa pun diperparah dengan penangkapan tiga mahasiswa karena mereka diduga melanggar aturan pembatasan saat menggelar unjuk rasa sebelumnya. Tiga orang ketua kelompok mahasiswa itu telah dibebaskan dengan jaminan sembari menunggu penyelidikan. Namun, kepolisian mengatakan pihaknya telah menerbitkan surat penangkapan untuk 12 tokoh aksi unjuk rasa.