REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Menteri Kesehatan Australia Greg Hunt telah mengonfirmasi, Australia sedang dalam negosiasi lanjutan untuk memproduksi vaksin virus corona di Down Under. Hunt, yang dikarantina di Canberra, mengatakan, Australia telah menandatangani dua perjanjian kerahasiaan pra kontrak dengan produsen vaksin.
Komentarnya menyusul laporan bahwa Australia tinggal beberapa hari lagi dari penandatanganan kesepakatan dengan Universitas Oxford untuk memproduksi vaksin yang menjanjikan. Perkembangan itu terjadi ketika mantan kepala petugas medis Profesor Brendan Murphy pada Ahad (16/8) memimpin tim yang menyelidiki posisi negosiasi untuk kontrak internasional tersebut.
Setidaknya 160 uji klinis sedang berlangsung dan lebih banyak lagi yang akan dimulai dalam beberapa bulan mendatang ketika para peneliti mencoba dan menemukan pengobatan yang paling efektif melawan virus.
"Sehubungan dengan vaksin Rusia, itu bukan salah satu yang direkomendasikan oleh tim ahli medis kami pada tahap ini," kata Hunt dilansir di News.com.au, Ahad (16/8).
"Kami akan memantaunya, kami akan sangat berhati-hati mengingat jumlahnya kecil, kurang dari 40, yang telah diuji selama uji coba awal," tambahnya.
Hunt mengatakan, data menunjukkan sekarang jauh lebih mungkin para ilmuwan akan mengembangkan vaksin asli yang akan tersedia pada 2021. Tetapi tidak jelas apakah itu akan menjadi vaksin parsial, yang digunakan untuk memerangi virus seperti flu, yang perlu diperbarui, dan mungkin tidak memberikan perlindungan universal.
Vaksin virus corona lengkap akan memberikan perlindungan yang setara untuk vaksin cacar atau campak terhadap penyakit tersebut.
Hunt mengatakan vaksin akan sepenuhnya didanai pemerintah dan tersedia untuk seluruh penduduk Australia. Dia mengatakan bahwa negosiasi tersebut memberikan secercah harapan.
Perusahaan bioteknologi CSL memiliki fasilitas di Melbourne yang telah ditandai sebagai lokasi manufaktur darat yang potensial.
Juru bicara kesehatan oposisi Chris Bowen menyambut baik pengumuman bahwa pemerintah sedang dalam negosiasi untuk perjanjian pasokan lanjutan. Tetapi ia berpendapat Australia berada di belakang negara-negara lain di dunia.
"Amerika Serikat memiliki enam dari perjanjian ini. Inggris, tiga, Jepang, tiga, Brasil punya satu, Korea Selatan punya satu. Kami berharap vaksin tersedia pada 2021 dan tentunya lebih cepat pada 2021, semakin baik," kata Bowen.
"Kami membutuhkan setidaknya 60 persen dari populasi untuk divaksinasi secepat mungkin dan tentu saja pada waktunya, setiap orang Australia divaksinasi untuk Covid-19 ketika vaksin itu tersedia." tambahnya.
The Sunday Telegraph melaporkan, pemerintah federal sedang dalam tahap akhir negosiasi dengan produsen untuk memproduksi obat dari raksasa farmasi AstraZeneca. Perusahaan yang berbasis di Inggris baru-baru ini menandatangani perjanjian pasokan vaksin final pertama Uni Eropa, dan telah berjanji untuk memasok 400 dosis vaksin eksperimental AZD1222.