REPUBLIKA.CO.ID, Israel dan Uni Emirat Arab (UEA) sepakat untuk melakukan normalisasi hubungan. Sebagai balasan normalisasi ini, Israel setuju tidak akan mencaplok Tepi Barat Palestina. UEA adalah Negara Teluk Pertama yang 'berdamai' dengan Israel. Namun bukan yang pertama bagi negara di kawasan Arab. Berikut tiga negara Arab yang mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel.
Mesir-Israel
Israel dan Mesir menandatangani Perjanjian Damai pada 1979. Perjanjian ini merupakan kesepakatan bersejarah dalam konflik Arab-Israel. Ini adalah kali pertama negara Arab meninggalkan perjuangan bersenjata lawan Israel dan melalui kesepakatan mengikut mengakui keberadaan Israel dan hak untuk mengamankan perbatasan. Perjanjian damai ditandatangani beberapa tahun setelah Perang Yom Kippur yang digelar pada 6 Oktober 1973. Hingga kini hubungan Mesir dan Israel masih berjalan, salah satunya mengamankan perbatasan Palestina di Perbatasan Rafah. Gerbang ini adalah satu-satunya perbatasan antara Mesir dan Jalur Gaza.
Yordania-Israel
Israel dan Yordania menandatangani pakta nonagresi dengan Israel di Washington D.C., pada 25 Juli 1994. Sebagai saksi dalam penandatangan ini adalan Presiden Clinton. Kemudian dilanjutkan pada Penandatanganan Perjanjian Damai pada 26 Oktober 1994 di pebatasan bagian selatan Wadi Araba.
Perjanjian ini memulihkan tanah Yordania yang diduduki Israel sekitar 380 kilometer persen serta pembagian adil air dari sungai Yarmouk dan Yordan. Perjanjian membuat garis perbatasan jelas dan meyakinkan serta mengakhiri klaim Zionis bahwa Yordania adalah Palestina.
Uni Emirat Arab-Israel
Israel dan Uni Emirat Arab sepenuhnya menormalisasi hubungan pada 14 Agustus 2020. Dalam perjanjian yang diumumkan Presiden AS Donald Trump, Israel mengatakan setuju 'menunda' aneksasi tanah Palestina di Tepi Barat. Tapi rencana itu 'tetap di atas meja (opsi yang masih dipertimbangkan)'.
Gedung Putih mengatakan kesepakatan yang mengejutkan ini hasil dari diskusi antara Israel, Uni Emirat Arab, dan AS. Di Twitter, Trump menyebut perjanjian Israel-Uni Emirat itu sebagai 'terobosan besar'.
Namun otoritas dan rakyat Palestina mengecam hal ini, dan menganggapnya sebagai sebuah pengkhianatan. Palestina tidak mengakui setiap kesepakatan yang dimediasi AS usai negara Paman Sam memindahkan Kedutaannya ke Yerusalem.