Senin 17 Aug 2020 08:56 WIB

Maskapai Israel Ajukan Izin Pendaratan di UEA

Israel dan UEA memutuskan melakukan normalisasi hubungan kedua negara.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Nidia Zuraya
Balai Kota Tel Aviv diterangi dengan bendera Uni Emirat Arab dan Israel saat kedua negara mengumumkan akan menjalin hubungan diplomatik penuh, di Tel Aviv, Israel, Kamis (13/8/2020).
Foto: AP / Oded Balilty
Balai Kota Tel Aviv diterangi dengan bendera Uni Emirat Arab dan Israel saat kedua negara mengumumkan akan menjalin hubungan diplomatik penuh, di Tel Aviv, Israel, Kamis (13/8/2020).

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV – Maskapai Israel Israir Airlines saat ini tengah memulai proses pengajuan izin mendarat di Uni Emirat Arab (UEA). Kedua negara tersebut pada pekan lalu mengumumkan rencana untuk menormalisasi hubungan.

Dikutip dari Bloomberg, Ahad (16/8), Kepala Eksekutif Israir Airlines Uri Sirkis mengatakan, terdapat sejumlah alasan yang membuat maskapai asal Israel tersebut mengajukan izin tersebut. Salah satunya yakni Dubai merupakan tempat yang sangat menarik bagi turis.

Baca Juga

Terlebih, posisi Dubai hanya berjarak tiga seperempat jam saja dari Israel. Israir Airlines menganggap akan ada kemungkinan Dubai menjadi lokasi sangat populer bagi kalangan masyarakat Israel seperti halnya Turki dan Yunani.

Sementara itu, saat ini Israel memiliki perjanjian perdamaian dengan Mesir dan Yordania. Hanya saja, maskapai penerbangan Israel belum diizinkan untuk terbang ke tempat-tempat liburan seperti Aqaba di Yordania atau Sharm El-Sheikh di Mesir.

 

Untuk itu, Sirkis mengharapkan dalam kasus dengan UEA, situasinya akan berbeda. Selain itu, untuk mencapai UEA, pesawat Israel harus terbang di atas Arab Saudi, yang hingga saat ini belum memberikan izin penerbangan kepada maskapai penerbangan Israel untuk tujuan seperti India.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement