REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Menteri Kesehatan sementara Lebanon Hamad Hassan menyatakan kalau negara tersebut harus menerapkan karantina wilayah, Senin (17/8). Lebanon harus dikarantina selama dua pekan setelah lonjakan infeksi Covid-19 dilaporkan baru-baru ini.
"Kami hari ini menyatakan keadaan siaga umum dan kami membutuhkan keputusan berani untuk menutup (negara) selama dua pekan," kata Hassan kepada radio Voice of Lebanon.
Lebanon melaporkan rekor 439 kasus virus corona dalam 24 jam pada Ahad. Sedangkan jumlah keseluruhan kasus mencapai 8,881 dengan angka kematian mencapai 103 orang.
Saat ini, negara tersebut sedang menghadapi dampak krisis lebih besar akibat ledakan di pelabuhan Beirut pada 4 Agustus. Ledakan ini menewaskan hampir 180 orang, melukai lebih dari 6.000, dan menghancurkan ribuan rumah di ibu kota Lebanon.
Ledakan tersebut diyakini sebagai akibat dari hampir 3.000 ton amonium nitrat yang secara tidak sengaja menyala di pelabuhan Beirut. Sementara penyebab kebakaran yang menjadi pemicunya masih belum jelas.
Akibat ledakan itu, negara ini kembali berhadapan dengan demonstrasi warga yang menuntut tanggung jawab pemerintah. Perdana Menteri Hassan Diab dan jajaran pemerintahannya pun akhirnya mundur dari jabatan.