REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) meluncurkan karya teranyarnya, yakni mobil listrik pintar yang diberi nama Intelligent Car (i-Car). Wakil Rektor IV Bidang Riset, Inovasi, Kerja Sama, dan Kealumnian ITS Bambang Pramujati menjelaskan, i-Car merupakan prototype mobil listrik otonom.
Mobil listrik ini dapat berjalan sendiri tanpa pengemudi dengan bantuan kombinasi teknologi kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) dan Internet of Things (IoT).
"Hal ini memungkinkan mobil pintar tersebut membantu pengemudi mengenali potensi bahaya, mencegah tabrakan, dan mengurangi risiko kecelakaan, serta mampu mengoptimalkan tenaga dari penggerak motor listrik," kata Bambang melalui pesan tertulisnya, Selasa (18/8).
Bambang menjelaskan, i-Car yang diluncurkan dilengkapi berbagai sensor. Mulai dari pemanfaatan GPS (Global Positioning System) dengan ketelitian tinggi serta sensor Lidar (Light Radar). Kedua sensor tersebut digabungkan dengan kamera beresolusi tinggi untuk digunakan dalam pengumpulan data sebagai bagian dari big data analysis. Selanjutnya data diproses oleh komputer berspesifikasi tinggi yang tertanam di dalam mobil.
"Dengan sensor-sensor tersebut, mobil pintar i-Car dapat berfungsi secara otonom," ujarnya.
Berbicara mengenai sistem operasional, Bambang menerangkan bahwa mobil ini dirancang berhenti di halte hingga dipanggil untuk menuju halte tertentu. Di masa mendatang, pemanggilan dan tujuan bisa dilakukan tidak hanya dari halte ke halte, tetapi bisa dari seluruh area yang dapat dijangkau oleh mobil pintar i-Car.
“Nantinya mobil ini akan dijadikan mobil komuter di dalam area kampus. Mahasiswa dapat pergi dari satu halte ke halte yang lainnya menggunakan mobil ini yang dipanggil dari aplikasi i-Car,” ujar dosen Departemen Teknik Mesin ini.
Bambang juga menuturkan bahwa i-Car ITS dikategorikan berada antara level tiga dan empat berdasarkan United States National Highway Traffic Safety Administration (NHTSA) dan Society of Automotive Engineers (SAE) Autonomous Driving Grading Standard. Hal tersebut terlihat pada pengemudian (driving operation) dan pengenalan lingkungan berbasis sistem, serta otomatisasi yang telah berada di antara level kondisional dan optimal.
"Steering wheel (roda kemudi) sengaja masih dipasang dalam rangka memenuhi regulasi keamanan. Ketika steering wheel dipegang, kendali otomatis beralih pada penumpang dan berubah menjadi manual dalam kondisi darurat yang mungkin terjadi di jalan,” kata dia.
Bambang menegaskan, i-Car akan terus dikembangkan untuk mencapai target berikutnya. Target yang dimaksud ialah merealisasikan produk inovasi teknologi hasil penelitian yang berdampak besar (high impact) bagi masyarakat melalui i-Car dengan versi yang lebih sempurna.
“Pada bulan November, i-Car tidak akan berbentuk mobil golf lagi. Kami akan merancang chassis dan body mobil sendiri, sehingga siap difungsikan pada November,” kata dia.
Ketua Konsorsium Riset i-Car Endroyono mengungkapkan, ada lebih dari 30 tenaga ahli baik profesor, doktor, maupun master di bidang kompetensi masing-masing, serta mahasiswa yang terlibat dalam pembuatan mobil pintar ini. Proses pengerjaan i-Car berlangsung selama enam bulan sejak terkumpulnya para peneliti di ITS dan membutuhkan tiga bulan untuk produksi i-Car.