Rabu 19 Aug 2020 04:15 WIB

Sejarah Muharram Jadi Bulan Pertama Hijriyah

Muharram ditetapkan menjadi bulan pertama Hijriyah.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
Sejarah Muharram Jadi Bulan Pertama Hijriyah. Foto ilustrasi: Sebuah kendaraan dekoratif bertema padang pasir melintas di jalan saat penyelenggaraan Pawai Kendaraan Hias di Cipayung, Jakarta Timur, Ahad (1/9). Pawai kendaraan hias tersebut merupakan rangkaian acara peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1441 Hijriyah yang diselenggarakan Pondok Pesantren Al Hamid, Cipayung, Jakarta Timur.
Foto: Republika/EH Ismail
Sejarah Muharram Jadi Bulan Pertama Hijriyah. Foto ilustrasi: Sebuah kendaraan dekoratif bertema padang pasir melintas di jalan saat penyelenggaraan Pawai Kendaraan Hias di Cipayung, Jakarta Timur, Ahad (1/9). Pawai kendaraan hias tersebut merupakan rangkaian acara peringatan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1441 Hijriyah yang diselenggarakan Pondok Pesantren Al Hamid, Cipayung, Jakarta Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah bersepakat bahwa awal tahun pada kalender Hijriyah itu terhitung sejak tahun Nabi Muhammad SAW hijrah dari Makkah ke Madinah. Perdebatan kembali terjadi tentang bulan apakah yang menjadi awal bulan-bulan Hijriyah ini.

Ustaz Ahmad Zarkasih Lc dalam buku Muharram Bukan Bulan Hijrahnya Nabi terbitan Rumah Fiqih Publishing menjelaskan sejarah dipilihnya bulan Muharram jadi bulan pertama di kalender Hijriyah.

Baca Juga

Ketika sedang bermusyawarah menentukan bulan apa yang menjadi bulan pertama pada Kalender Hijriyah. Ada yang menawarkan bulan Rabiul Awal sebagai bulan pertama tahun Hijriyah. Karena bulan itu ialah bulan hijrahnya Nabi Muhammad SAW.

Akan tetapi Sayidina Umar justeru memilih bulan Muharram untuk jadi bulan pertama pada susunan tahun Hijriyah. Selain karena rekomendasi Sayidian Utsman, beliau memilih Muharram dengan alasan bahwa hijrah walaupun terjadi di bulan Rabiul Awal, akan tetapi muqadimah (permulaan) hijrah terjadi sejak di bulan Muharram.

Beliau mengatakan bahwa wacana hijrah itu muncul setelah beberapa sahabat membaiat Nabi. Baiat itu terjadi di penghujung bulan Dzulhijjah. Semangat baiat itulah yang mengantarkan kaum Muslim untuk berhijrah.

Bulan yang muncul setelah Dzulhijjah ialah bulan Muharram. Karena itu Sayidina Umar memilih Muharram sebagai bulan pertama di tahun Hijriyah.

Sebelumnya terjadi perdebatan dalam menentukan kapan tahun pertama dalam kalander Hjriyah itu dimulai. Ada yang mengusulkan tahun pertama dimulai di tahun Gajah, yakni tahun Nabi Muhammad SAW lahir. Ada juga yang mengusulkan di tahun wafatnya Nabi Muhammad SAW.

Ada banyak yang mengusulkan di tahun Nabi Muhammad SAW diangkat menjadi Rasul saat wahyu pertama turun. Selain itu ada yang mengusulkan di tahun hijrahnya Nabi Muhammad SAW ke Madinah.

Dari empat opsi ini, akhirnya Sayidina Umar memutuskan untuk memuali tahun di tahun hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah atas usulan dan rekomendasi Sayidina Utsman dan Ali r.a.

Beliau tidak memilih tahun kelahiran dan tahun diangkatnya Nabi menjadi Rasul. Karena memang ketika itu juga mereka masih berselisih tentang waktu kapan tepatnya Nabi lahir dan kapan wahyu pertama turun.

Sedangkan tahun wafatnya Nabi, Sayidina Umar menolak menjadikannya permulaan tahun karena di tahun tersebut banyak kesedihan. Akhirnya beliau memilih tahun hijrahnya Nabi. Selain karena jelasnya waktu tersebut, hijrah juga dianggap menjadi pembeda antara yang haqq dan yang bathil ketika itu.

Hijrah Nabi juga menjadi tonggak awal kejayaan umat Islam setelah sebelumnya hanya berdakwah secara sembunyi-sembunyi. Karena itulah kalender ini dinamakan kalender Hijriyah. Sebab yang menjadi acuan awalnya ialah hijrahnya Nabi Muhammad SAW.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement