REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Sejumlah roket menghantam ibu kota Afghanistan, Kabul, pada Selasa (18/8). Serangan itu mengguncang distrik diplomatik utama dan membuat kedutaan asing menutup kegiatan sementara.
"Beberapa roket ditembakkan dari dua kendaraan," kata juru bicara Kementerian Dalam Negeri, Tariq Arian.
Setelah peristiwa itu, dikabarkan area diplomatik yang merupakan wilayah Kedutaan Besar negara-negara sahabat ditutup. Para pekerjanya dilaporkan berlindung di ruangan yang aman dari serangan.
Hingga saat ini, belum ada laporan korban jiwa atas peristiwa itu. Serangan roket yang dilontarkan pada hari kemerdekaan Afghanistan pun masih tidak jelas pelaku yang berada di baliknya.
Saksi mata peristiwa itu menggambarkan, asap mengepul, alarm melengking, dan pecahan peluru beterbangan. Dia mendengar setidaknya empat roket mendarat di dekat kawasan Zona Hijau, lokasi banyak Kedutaan asing dan markas NATO.
"Alarm peringatan berbunyi dua hingga tiga detik sebelum tabrakan dan kemudian ada suara roket pertama, kemudian, segera setelah itu, roket lain yang jauh lebih keras dengan ledakan besar dan pecahan peluru dan serpihan beton jatuh," ujar saksi tersebut.
Seorang sumber diplomatik mengatakan satu roket mendarat di dekat sebuah masjid di luar daerah wilayah diplomatik yang dijaga ketat. "Semua pejabat diplomatik di kedutaan besar di zona hijau telah dipindahkan ke ruang aman di distrik diplomatik sampai ada perintah," seorang pejabat senior keamanan.
Tim keamanan bekerja untuk menentukan dengan tepat titik roket itu menghantam dan kondisi korban. Serangan itu terjadi pada saat Amerika Serikat menarik pasukan dan mendorong pembicaraan damai untuk mengakhiri hampir 19 tahun perang di Afghanistan.