REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka untuk tingkat SD dan SMP kemungkinan akan dibuka kembali pada September 2020. Namun, menurut Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat Dedi Supandi, acuannya kalau KBM tatap muka yang digelar pada tingkat SMA/SMK di zona hijau per 18 Agustus ini stabil dan tak terjadi penambahan kasus Covid-19.
Dedi menjelaskan, pembukaan sekolah ini akan dilakukan bertahap. Disdik Jabar, akan melakukan evaluasi setiap dua pekan, untuk melihat proses KBM ini kondusif dan zona kerawanan Covid-19 tak bergeser dari warna hijau.
Perlu diketahui, ada 71 sekolah tingkat SMA/SMK yang diperbolehkan menggelar KBM tatap muka mulai pekan ini. "Kita mencoba melihat hijaunya dari kestabilan dari awal (tidak ada kasus Covid-19), evaluasinya per dua pekan. nanti kestabilan dari zona kita evaluasi lagi, kalau terevaluasi berubah seperti itu, kebijakan akan berubah lagi," ujar Dedi kepada wartawan Kota Bandung, Selasa (18/8).
Bahkan, kata Dedi, mungkin sekarang kondisi tatap muka berjumlah hanya 71 tapi ke depannya bisa bertambah. "Setelah kita lakukan vidcon dengan Disdik di kabupaten/kota, SD/SMP pun akan menyusul di awal September, untuk melihat kestabilan tatap muka di level SMA/SMK," katanya.
Selain zona hijau, kata dia, kesiapan sekolah dalam menyiapkan infrastruktur protokol Covid-19 juga menjadi pertimbangan diperbolehkannya sekolah untuk menggelar KBM tatap muka. Dari 71 sekolah tingkat SMA/SMK, belum semua buka hari ini. Karena masih belum ada rekomendasi dari gugus tugas setempat. "Kita hanya menggelar KBM untuk mata pelajaran yang sulit diajarkan lewat daring, dan bagi SMK hanya untuk praktek," katanya.
Untuk sekolah tingkat SMA/SMK yang diperbolehkan menggelar tatap muka, kata dia, berada di Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Majalengka, Cianjur, Garut, Tasik, Ciamis, Cirebon, Subang. "Dan rata-rata dari satu kabupaten itu, hanya sekitar dua sekolah. Itu pun rata-rata berada di sekolah yang konektivitas internetnya rendah, kalau yang bagus harus memfasilitasi siswa-siswinya karena kesulitan di blank spot zonasinya atau tak memiliki sarana ponsel," paparnya.