REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tumpahan minyak yang terjadi di Kepulauan Seribu mulai merusak lingkungan. Sejumlah biota laut mati dan budidaya rumput laut warga rusak. Hingga saat ini penanganan tumpahan minyak tersebut masih berlangsung.
Hal tersebut dibenarkan Kepala Suku Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Kelautan (KPKP) Kabupaten Kepulauan Seribu Devi Lidya. Menurutnya sejumlah biota laut dan budidaya rumput laut dan ikan milik warga terdampak pencemaran minyak ini. Hal ini terjadi di dekat Pulau Pari hingga kawasan perairan Pulau Tidung.
"Benar sudah ada dampak terjadi pada rumput laut, keramba apung, otomatis (biota laut) juga ada yang mati," katanya, Selasa (18/8).
Oleh karena itu, Devi melanjutkan penanganan tumpahan minyak masih dilakukan dan dipercepat sampai bersih. Sehingga pencemaran lingkungan tidak terus terjadi. Devi memperkirakan kerugiannya cukup besar, namun belum tahu tepatnya.
Terkait hal ini Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu Djoko Riyanto Budi Hartono mengatakan tumpahan minyak masih tersisa di Pulau Tidung. Agar kerugian tidak semakin besar, pembersihan masih dilakukan. Untuk penanganannya bekerja sama dengan semua pihak mulai dari masyarakat, pemerintah, dan Pertamina.
"Penanganan masih (berlangsung) dibantu juga sama PHE OSES (anak perusahaan PT Pertamina)," kata Djoko, Selasa (18/8).
Sebelumnya pada Selasa (11/8) terdapat tumpahan minyak di Pulau Pari dan Tidung, Kepulauan Seribu. Tumpahan minyak ini mencemari bibir pantai Pulau Pari sepanjang 2 km. Sedangkan di Pulau Tidung dan Pramuka tumpahan hanya sedikit dan berbentuk titik-titik kecil.