Rabu 19 Aug 2020 10:39 WIB

Gelombang Kedua Virus Corona Kembali Ancam Seoul

Sudah enam hari berturut-turut kasus baru virus corona di Korsel tiga digit.

Rep: Lintar Satria/ Red: Dwi Murdaningsih
Perawat menggunakan masker, alat pelindung wajah dan busana tradisional Korea saat melayani pasien yang berobat di Rumah Sakit Vania, Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (24/6/2020). Pelayanan dokter, perawat dan petugas di rumah sakit tersebut selain menerapkan protokol kesehatan juga menggunakan busana tradisional Korea agar pasien merasa senang dan nyaman berobat tanpa mengalami rasa kekhawatiran dalam menghadapi pandemi COVID-19.
Foto: ANTARA/Arif Firmansyah
Perawat menggunakan masker, alat pelindung wajah dan busana tradisional Korea saat melayani pasien yang berobat di Rumah Sakit Vania, Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat, Rabu (24/6/2020). Pelayanan dokter, perawat dan petugas di rumah sakit tersebut selain menerapkan protokol kesehatan juga menggunakan busana tradisional Korea agar pasien merasa senang dan nyaman berobat tanpa mengalami rasa kekhawatiran dalam menghadapi pandemi COVID-19.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL--Korea Selatan (Korsel) melaporkan kasus infeksi virus corona tertinggi sejak bulan Maret lalu. Wabah di ibu kota Seoul tampaknya semakin intensif.

Pada Rabu (19/8), pejabat kesehatan Korsel melaporkan 297 kasus baru. Sudah enam hari berturut-turut kasus baru virus corona di Korsel tiga digit.

Maka, total kasus infeksi Covid-19 di Negeri Ginseng menjadi 16.058 kasus dan 306 pasien di antaranya meninggal dunia. Sebagian besar kasus baru ditemukan di Seoul dan daerah sekitarnya.

Hal ini memicu kekhawatiran wabah sudah kembali menerpa metropolitan yang berpopulasi 25 juta jiwa itu. Sejauh ini, pemerintah hanya menemukan klaster-klaster kecil.

Pada pekan ini pemerintah sudah meminta kelab malam, tempat karaoke, kafe, dan restoran prasmanan ditutup. Seluruh misa tatap muka dilarang dan pertemuan di luar ruangan tidak boleh lebih dari 50 hingga 100 orang.

Pemerintah Korsel mengatakan jika angka kasus baru berlanjut atau bertambah maka mereka akan menerapkan peraturan pembatasan sosial yang paling ketat. Di mana sekolah-sekolah ditutup, para karyawan diminta bekerja dari rumah dan pertemuan tidak boleh lebih dari 10 orang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement