REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas menyatakan kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik antara Uni Emirat Arab dan Israel itu bagai menusuk dari belakang. Dia mengibaratkan kesepakatan tersebut bagai tusukan yang menikam 'punggung' Palestina.
Hal itu disampaikan Abbas dalam pertemuan kepimpinan Palestina di Ramallah, yang dihadiri perwakilan Hamas dan Jihad Islam. Abbas dalam kesempatan itu menuturkan, UEA mencoba menipu Palestina dengan menyebut kesepakatan yang dijalin dengan Israel akan akan menghentikan rencana aneksasi Israel.
"Tetapi itu tidak benar. UEA menolak hak-hak rakyat Palestina, pembentukan negara Palestina di masa depan, dan masalah Yerusalem," kata dia seperti dilansir di Israel National News, Rabu (19/8).
Abbas pun meminta semua negara Arab untuk mematuhi Prakarsa Perdamaian Arab, yang diluncurkan pada 2002, yang menetapkan bahwa orang Arab hanya dapat menormalkan hubungan dengan Israel setelah masalah Palestina selesai.
Otoritas Palestina juga mengutuk perjanjian antara Israel dan UEA segera setelah adanya penandatanganan. Pemimpin senior Otoritas Palestina Hanan Ashrawi mengeluarkan cicitan bernada sindiran dalam akun resmi Twitternya. "Semoga Anda tidak pernah dijual oleh 'teman' Anda."
Selain itu, pada awal pekan ini, ketua negosiator Otoritas Palestina Saeb Erekat juga memperingatkan perjanjian Israel-UEA akan membunuh solusi dua negara, memperkuat kelompok ekstremis, dan merusak kemungkinan perdamaian.
Ahad kemarin pun, Juru Bicara Abbas itu menyebutkan, bahwa kepemimpinan Otoritas Palestina akan mengadopsi kebijakan luar negeri yang kuat terhadap perjanjian normalisasi.