REPUBLIKA.CO.ID, MUENCHEN -- "Mia san Mia" kalimat kondang yang diucapkan oleh Frank Ribery dalam pidato perpisahannya dengan Bayern Muenchen pada akhir kampanye Bundesliga 2018/2019, begitu mencuri perhatian beberapa orang.
Pasalnya, frasa tersebut sejatinya bukanlah sembarang kalimat, Ribery dengan sadar telah mengucapkan moto pun filosofi klub yang berasal dari setalan Jerman, Bavarian.
Kalimat "Mia san Mia" kini kembali membahana di Tanah Jerman seiring keberhasilan Die Roten menembus semifinal Liga Champions.
Kalimat itu merupakan serapan pun variasi dari bahasa Jerman "Wir sind Wir". Seakan menujukkan kesan arogansi yang tinggi ayat tersebut nyantanya berbunyi "Kami adalah Kami".
Moto yang berasal dari era kekaisaran Austro-Hungaria abad ke-19.
Filosofi tersebut nyatanya juga digunakan oleh politikus Jerman, Franz Josef Strauss, yang baru diadopsi oleh Bayern pada medio 1980-an.
Bagi tim berjuluk Die Bavarian, makna "Mia san Mia" lebih dari sekadar moto biasa. Mereka mengamini hal itu sebagai panduan menjalani hidup baik di atas maupun di luar lapangan pertandingan.
CEO Bayern Karl-Heinz Rummenigge menyebut, moto tersebut bukan hanya menyoal suatu kebanggan, tetapi juga berkaitan dengan elemen lain dengan rasa tanggung jawab, toleransi, pun kebersamaan sebagai suatu keluarga besar.
"Mia san Mia berarti menggambarkan mentalitas pemenang yang keras dengan kepercayaan diri tinggi, tapi tanpa adanya keangkuhan dan kesombongan. Siapa pun yang ingin menang jelas harus bekerja lebih keras," kata gelandang serang Bayern, Thomas Muller dilansir laman resmi Bundesliga, Rabu (19/8).
Alhasil dari moto tersebut tercetuslah 16 rules yang harus dilakoni oleh para pemain Bayern. Menukil dari sumber yang sama, nilai-nilai "Mia san Mia" menjelaskan arti bahwa klub Bayern melandaskan sikap sama rata, atau sederajat.
"Semua harus menjaga citra klub baik di atas lapangan pun di keseharian. Para pemain harus bisa menjadi teladan yang baik, dan juga harus bangga terhadap tradisi besar yang telah ditorehkan Bayern," jelas pernyataan tersebut.
Poin utama yang kerap menjadi tolak ukur adalah bahwa para pemain yang berada di bawah panji-panji klub harus yakin untuk memenangkan pertandingan, serta menyajikan sepak bola indah yang dapat dinikmati banyak orang.
"Ikatan kekeluargaan berlaku sepanjang hayat. Pintu Bayern selalu terbuka bagi para mantan pemain, atau pun eks pegawai klub."
Bayern merupakan satu-satunya tim Bundesliga Jerman yang didapuk sebagai "Stern des Suedens" yang menegaskan legasinya sebagai klub dengan gelar juara domestik terbanyak mencapai 30 titel Bundesliga, 20 DFB Pokal, serta tujuh gelar DFB Super Liga.