REPUBLIKA.CO.ID, ARIZONA -- Beberapa studi pendahuluan mengungkapkan bahwa antibodi terhadap virus SARS-CoV-2 dapat bertahan selama beberapa bulan setelah pasien terinfeksi. Hal itu juga berlaku pada orang-orang yang hanya mengalami gejala Covid-19 ringan.
Salah satu studi dipublikasikan pada 16 Agustus di MedRxiv oleh tim peneliti dari University of Arizona. Dalam studi itu, tim peneliti melakukan analisis antibodi pada 5.882 pasien Covid-19.
Hasil analisis menunjukkan bahwa antibodi terhadap SARS-CoV-2 setidaknya dapat bertahan selama tiga bulan pada pasien Covid-19, termasuk pasien dengan gejala ringan.
"Bukan berarti kekebalan akan hilang begitu saja setelah tiga bulan, kami bisa mengatakan bahwa kekebalan ini bertahan setidaknya tiga bulan," kata peneliti sekaligus associate professor bidang imunobiologi dari University of Arizona Deepta Bhattacharya, seperti dilansir SputnikNews.
Bila merujuk pada kasus SARS-CoV-1, Bhattacharya memprediksi bahwa kekebalan terhadap SARS-CoV-2 bisa bertahan selama beberapa tahun pada orang-orang yang sudah terinfeksi. Temuan baru itu, kata Bhattacharya, dapat membawa angin segar dalam upaya pengembangan vaksin Covid-19.
"Dari kacamata vaksin, temuan ini menetapkan parameter mengenai apa yang kita mungkin bisa lakukan," kata Bhattacharya.
Bhattacharya mengatakan tentu tidak semua vaksin akan bekerja dengan sangat efektif. Akan tetapi, temuan baru itu menunjukkan bahwa upaya pengembangan vaksin untuk Covid-19 adalah hal yang sangat mungkin untuk diwujudkan.
"Bahwa virus ini bisa dibersihkan dan Anda bisa mendapatkan imunitas untuk melawannya (virus SARS-CoV-2)," tukas Bhattacharya.
Studi lain yang juga diterbitkan di MedRxiv mengungkapkan bahwa pasien Covid-19 yang sudah sembuh memiliki antibodi IgG spesifik terhadap SARS-CoV-2. Tubuh pasien juga memiliki plasma penetral dan memori virus yang spesifik pada sel B dan sel T.
"Yang tidak hanya bertahan, tapi dalam beberapa kasus juga mengalami peningkatan numerik selama tiga bulan sejak gejala muncul," kata tim peneliti.
Terlepas dari studi-studi yang menjanjikan ini, pemantauan jangka panjang tetap harus dilakukan untuk lebih memahami bagaimana kekebalan terhadap Covid-19 bisa dicapai dan dipertahankan. Alasannya, belum diketahui secara pasti berapa lama pasien sembuh Covid-19 bisa terlindungi dari risiko infeksi baru di masa mendatang.
"Apakah akan terlindungi dalam hitungan bulan, sama seperti infeksi virus corona lainnya, atau mungkin lebih lama," pungkas kepala penyakit infeksi anak dan associate profesor dari Departemen Kedokteran Anak di University of California Dean Blumberg.