Rabu 19 Aug 2020 20:13 WIB

Rokhmin: Limbah Perikanan, dari Sampah Menjadi Berkah

Potensi limbah perikanan sangat besar, tapi belum dimaksimalkan.

Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS.
Foto: Dok Rokhmin Dahuri
Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Siapa sangka, potensi limbah perikanan sangat besar. Namun pemanfaatannya masih realtif kecil.

“Terus meningkatnya produksi perikanan, diikuti oleh berkembangnya industri pengolahan perikanan. Sayangnya, menyisakan hasil samping (limbah) berupa tulang, kulit, sirip, kepala, sisik, jeroan, maupun cairan yang mencemari lingkungan, menimbulkan bau busuk, dan mengganggu kesehatan manusia bahkan kematian,” kata Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan-IPB University, Prof Dr Ir Rokhmin Dahuri MS pada Webinar “Mendulang Rupiah Melalui Pemanfaatan Cangkang Kerang dan Kulit Ikan” yang diadakan oleh PDSPKP-KKP, Selasa (18/8).

Mengutip hasil penelitian Nurhayati (2009), Rokhmin menuebutkan limbah tersebut diperkirakan memiliki proporsi sekitar 30-40% dari total berat ikan, moluska dan krustasea. Terdiri dari bagian kepala (12,0%), tulang (11,7%), sirip (3,4%), kulit (4,0%), duri (2,0%), dan isi perut/jeroan (4,8%).

“Selain meningkatkan produktivitas, volume produksi, kontribusi bagi PDB (pertumbuhan ekonomi, nilai ekspor, dan PAD), dan kesejahteraan rakyat; wujud sumbangan terbaik lainnya dari sektor KP adalah menjadikan limbah perikanan sekitar 35% total produksi (8,6 juta ton) dari “sampah menjadi berkah”.  Padahal, total volume ekspor perikanan RI pada 2019 hanya 1,23 juta ton (14% total limbah),” paparnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id. 

Ketua Dewan Pakar MPN (Masyarakat Perikanan Nusantara) itu menjabarkan limbah dari kegiatan perikanan. Yaitu,  ikan rucah yang sampai sekarang bernilai ekonomis rendah (harganya murah);  bagian daging ikan yang tidak dimanfaatkan dari rumah makan, rumah tangga, industri pengalengan, atau industri pemfiletan; dan  ikan yang tidak terserap oleh pasar, terutama pada musim produksi ikan melimpah.

“Selain itu, cangkang, kulit, dan bagian lain dari ikan, krustasea, dan moluska. Juga limbah akibat kesalahan penaganan dan pengolaha,” papar  ketua umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI) itu.

Ia menjelaskan jenis dan cara pemanfaatan limbah perikanan.  Pertama, daging lumat (minced fish), dihasilkan dari sisa-sisa daging ikan yang menempel pada tulang dan masih bisa dikumpulkan, dapat digunakan untuk bahan dasar pembuatan produk-produk gel ikan seperti bakso, sosis, nugget, siomay, dan lain-lain.

Kedua, tulang ikan, merupakan salah satu bentuk limbah dari industri pengolahan ikan yang memiliki kandungan kalsium terbanyak diantara bagian tubuh ikan.  “Tepung tulang ikan dapat menjadi salah satu sumber kalsium yang relatif murah harganya dan penanganannya sederhana,” ujar kordinator Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan 2020 – 2024 itu.

Ketiga, silase ikan, dari limbah daging, tulang, insang dapat digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk dan pakan ternak/ikan.

Keempat, minyak ikan, dapat diproduksi dari sisa-sisa daging dan kulit ikan. Pengolahannya dengan cara ekstraksi, dengan kombinasi pemasakan, pengeringan, dan pengepresan untuk memisahkan minyak dan tepung ikan.

“Manfaat minyak ikan untuk kesehatan dapat mencegah beberapa penyakit, antara lain jantung koroner, kelebihan kolesterol darah, kanker, kerontokan rambut, dan untuk kekebalan tubuh,” tuturnya.

Kelima, petis ikan, merupakan hasil penyaringan dari proses perebusan (pemindangan) ikan, atau limbah hasil perebusan (pemindangan) dari ikan yang tidak dipergunakan lagi namun mengandung zat gizi yang cukup tinggi.

“Kegunaan petis adalah sebagai penyedap atau penambah rasa enak pada masakan atau sambal yang dipersiapkan,” kata Rokhmin. 

Keenam, kulit ikan, pada umumnya limbah kulit ikan diperoleh dengan mudah dari sisa-sisa pengolahan daging ikan, seperti sisa pembuatan kerupuk ikan, bakso ikan, tepung ikan, abon ikan, dan  lain-lain.

“Kulit ikan banyak digunakan sebagai bahan baku pembuatan kerupuk kulit ikan, gelatin, kulit olahan, dan sumber kolagen untuk kosmetik,” tuturnya.

Ketujuh, kolagen, merupakan protein penting yang menghubungkan sel dengan sel yang lain. Kulit dan sisik ikan merupakan salah satu sumber utama kolagen.

“Kegunaan kolagen di antaranya untuk suplemen makanan, kosmetik, dan aditif pada makanan dan minuman ringan,” kata Rokhmin. 

Kedelapan, gelatin, adalah derivat protein dari serat kolagen yang ada pada kulit, tulang, dan tulang rawan ikan, yang diperoleh melalui proses hidrolisis serat kolagen.

“Gelatin berguna untuk pengolahan pangan (penstabil, pembentuk gel, pengental, pengemulsi, perekat, edible coating, pengikat air), dan non-pangan (kosmetik, medis/farmasi, kertas dan lain-lain),” paparnya.

Kesembilan, peptida bioaktif, merupakan fragmen protein yang tersusun atas beberapa asam amino. Gelatin dari kulit dan tulang ikan ternyata juga dapat dihidrolisis lebih lanjut menjadi peptida bioaktif. “Bioaktivitasnya telah teruji sebagai antioksidan, antihipertensi, mereduksi diabetes tipe 2 dan antimikroba,” tuturnya.

Ia menybebutkan, jenis ikan yang dihidrolisis gelatin limbahnya (kulit dan tulang) untuk produksi peptida bioaktif meliputi ikan perairan hangat dan ikan perairan dingin seperti patin, kod, hiu, nila, tuna, sturgeon dan salmon.

Kesepuluh, Chitin dan Chitosan, terdapat dalam kulit luar hewan golongan Crustaceae seperti udang dan kepiting. Chitin diperoleh dari cangkang udang melibatkan  proses-proses pemisahan protein (deproteinasi) dan pemisahan mineral (demineralisasi). Sedangkan untuk mendapatkan Chitosan dilanjutkan dengan proses deasetilasi 

“Chitosan dapat dimanfaatkan dibidang biokimia, obat-obatan (farmakologi), pangan dan gizi, pertanian, mikrobiologi, penanganan air limbah, industri  kertas, tekstil membran/film, kosmetik, dan lain-lain,” ujarnya.

Kesebelas, pupuk organik/pupuk cair, seluruh bagian tubuh ikan maupun limbah cair pengolahan ikan dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk. Untuk pembuatan pupuk cair dilakukan dengan proses hidrolisis dengan bantuan enzim tertentu.

“Pupuk organik lengkap dari bahan baku ikan memiliki kualitas sebagai pupuk yang lebih baik dibandingkan dengan pupuk organik (kompos, pupuk kandang, ataupun pupuk hijau),” ungkapnya.

Kedua belas, tambah Rokhmin, aneka kerajinan, dapat dibuat dari limbah yang berupa sisik dan kulit ikan serta cangkang kekerangan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement