REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum Persatuan Islam (Persis), Ustaz Jeje Zaenudin turut menghadiri acara deklarasi Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) di Tugu Proklamasi di Jalan Proklamasi, Jakarta pada Selasa (18/08) lalu. Dia menegaskan bahwa deklarasi tersebut adalah gerakan moral.
"Jati diri KAMI, visi dan misi gerakannya, kan sudah terang benderang dibacakan pada deklarasi. Bahwa KAMI adalah gerakan moral bukan gerakan makar. Tidak ada agenda politik kekuasaan," ujarnya kepada Republika.co.id melalui pesan elektronik, Rabu (19/8).
Jikapun ada implikasi politik, menurut dia, hal itu merupakan sesuatu yang wajar dan tidak bisa dihindari. Karena, menurut dia, yang disoroti dan dikritisi oleh KAMI memang isu-isu yang dikategorikan sebagai "kemunkaran terstruktur" sebagai produk dari kebijakan-kebijakan pemegang kekuasaan politik yang menyalahi konstitusi. "Tapi gerakan KAMI, yang saya yakini, berkomitmen berada dalam koridor konstitusi dan kaidah-kaidah agama," ucapnya.
Secara konstitusional, menurut Ustaz Jeje, KAMI mengekspresikan hak warga negara untuk berserikat dan berkumpul menyatakan aspirasinya. Menurut dia, KAMI juga menyampaikan koreksi dan kritik untuk adanya perbaikan sikap dan kebijakan pemegang otoritas politik, yang selama ini sudah banyak gejala dan fakta penyimpangannya. "Tentu saja dengan cara yang benar, bukan dengan hoaks atau fitnah," kata Ustaz Jeje.
Untuk bergabung dengan KAMI, Ustaz Jeje pun sebelumnya sudah mempertimbangkan dengan hati yang jernih, akal yang sehat, dan niat yang ikhlas. Menurut dia, deklarasi dan kehadiran KAMI pun tentu bukan hal yang tiba-tiba, tapi memiliki dasar yang jelas.
Namun, Ustaz Jeje bergabung dengan KAMI tidak mengatasnamakan siapapun, apalagi mengatasnamakan ormas Islam atau rakyat tertentu. "Bahkan saya tidak mengatasnamakan person saya sendiri, tetapi saya mengatasnamakan hati nurani dan jiwa sehat saya," jelas Ustaz Jeje.
KAMI menggelar deklarasi di Lapangan Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, Selasa (18/7). Dalam deklarasi KAMI turut hadir para tokoh, yakni Din Syamsuddin, Gatot Nurmantyo, Titiek Soeharto, Bachtiar Chamsyah, Rochmat Wahab, Rocky Gerung, Refly Harun, Hafid Abbas, Chusnul Mariyah dan Amien Rais.