Kamis 20 Aug 2020 05:58 WIB

Mengenal Junaid Al Baghdadi (1)

Junaid Al Baghdadi simbol keharmonisan tasawuf dan syariat.

Rep: Nashih Nashrullah/ Red: Muhammad Hafil
Mengenal Junaid Al Baghdadi (1). Foto: Tasawuf (ilustrasi)
Foto: Blogspot.com
Mengenal Junaid Al Baghdadi (1). Foto: Tasawuf (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Ajaran Islam tak hanya berbicara masalah fikih, ibadah, dan akhlak. Di dalamnya, juga dibahas tentang masalah tasawuf, yakni pendekatan diri kepada Allah melalui pemahaman yang lebih mendalam dengan hati.

Istilah tasawuf ini sebenarnya sudah berkembang sejak masa Rasulullah SAW di Madinah. Dulu, di Masjid Nabawi terdapat sekelompok orang yang disebut dengan ahlus suffah. Karena itu, ada yang menyebutkan bahwa tasawuf memiliki akar kata dari suffah. Namun, menurut lainnya, tasawuf berasal dari kata shafa atau shufi yang berarti suci atau bersih.

Baca Juga

Dalam perkembangannya, praktik-praktik tasawuf baru meledak pada abad ketiga Hijriyah. Menurut Dr Abu Al Wafa At Taftazani dalam bukunya Madkhal Ila At Tasawwuf al Islami, abad ketiga Hijriyah merupakan titik tolak dan sejarah penting bagi perkembangan tasawuf Islam.

Al-Qusyairi dan Ibnu Khaldun menjelaskan, kata tasawuf sudah pernah digunakan sebelum abad kedua Hijriyah, tetapi pada abad ketigalah istilah tasawuf mulai dipergunakan secara luas.

Pendapat Abu Al Wafa cukup berasalan. Sebab, saat itulah tasawuf yang semula sebatas dipahami sebagai implementasi terhadap makna zuhud, mulai bergeser menjadi sebuah paradigma, gerakan, dan olah rasa di kalangan para pegiatnya.

Meski masih ditafsirkan secara sederhana, pada periode ketiga Hijriyah muncul teori-teori sufi, seperti hulul, fana, dan tauhid. Selain itu, sejumlah tarekat sufi juga mulai menjamur. Ada Tarekat Al-Qashariyah, At-Thaifuriyyah, Al-Kharraziyah, An-Nuriiyah, dan Al-Hallajiyyah.

Salah satu tokoh yang mempunyai andil besar dalam proses transformasi tasawuf pada abad ketiga adalah Imam Junaid. Nama lengkapnya adalah Junaid ibn Muhammad Abu al-Qasim al-Khazzaz al-Baghdadi (297H/910 M). Tak ada sumber yang bisa memastikan kapan tokoh sufi fenomenal ini dilahirkan. Namun, berdasarkan sejumlah data, Junaid lahir pada tahun 210 H di Kota Baghdad.

Junaid kecil dibesarkan dalam lingkungan yang agamis. Sepeninggal ayahnya, ia diasuh oleh paman dari ibunya, As-Sari As-Saqathi, seorang tokoh dan pemimpin kaum sufi terkemuka di Baghdad. Sejak usianya masih belia, Junaid sudah terbiasa berkumpul dengan para ahli tasawuf. Pasalnya, tempat tinggal sang paman sering dijadikan tempat pertemuan bagi para syekh dan ulama guna mengadakan majelis ilmu dan muzakarah. Suasana tersebut turut membentuk karakter Junaid pada kemudian hari.

Ayahnya sendiri berprofesi sebagai seorang tukang kaca. Nenek moyang Junaid berdarah Persia yang berasal dari Nahavand, salah satu kota tua di Iran. Bakat dagang tersebut diwarisi Junaid. Ia memiliki toko dan tergolong sebagai pedagang yang sukses. Tempat ia berdagang ramai didatangi pengunjung.

Keberhasilannya di dunia bisnis tidak serta-merta membuatnya silap. Ia tetap tampil sebagai sosok Junaid yang zuhud dan tidak rakus dunia. Junaid akan bergegas menutup tokonya saat waktu azan shalat tiba. Harta pun tak membuatnya lupa diri. Junaid gemar menyedekahkan kekayaannya itu untuk kaum dhuafa.

sumber : Pusat Data Republika
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement