Kamis 20 Aug 2020 09:13 WIB

5 Siasat Keji Gagalkan Hijrah Rasulullah dan Sahabat   

Kafir Quraisy melakukan berbagai cara guna menghadan hijrah Rasulullah.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
K afir Quraisy melakukan berbagai cara guna menghadan hijrah Rasulullah.Ilustrasi hijrah.
Foto: Pixabay
K afir Quraisy melakukan berbagai cara guna menghadan hijrah Rasulullah.Ilustrasi hijrah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Para pembesar Quraisy berusaha menghasut dan menghalang-halangi kaum Muslimin untuk tidak melakukan hijrah ke Madinah. Ada berbagai cara yang ditempuh mereka untuk menggagalkan hijrah tersebut.

Dilansir dari buku Sirah Nabawiyah  karya Ali Muhammad Ash-Shalabi, ada empat metode yang digunakan para pembesar Quraisy mencegah hijrahnya kaum muhajirin. Berikut ini beberapa siasat yang digunakan kafir Quraisy menghadang hijrah Rasululullah SAW dan para sahabat beliau:

Baca Juga

 

Pemisahan dengan istri dan anaknya

Ummu Salamah bercerita ketika hendak pergi berhijrah dengan suaminya, Abu Salamah dan anaknya, Salamah bin Abi Salamah. Tapi ketika itu, datanglah sekelompok laki-laki dari Bani Mughirah bin Abdullah bin Amr bin Makhzum menghalangi. "Inikah dirimu yang kalah oleh seorang istri, di mana engkau akan berjalan menuntunnya menuju suatu negeri?" Kemudian para laki-laki itu mengambil tali kekang unta yang ditunggangi Ummu Salamah dan membawa mereka pergi.

Sejak saat itu, Ummu Salamah terpisah dengan suami dan anaknya. Setiap hari Ummu Salamah menangis, ia duduk di dataran lembah yang luas hingga sore hari. Ia terus melakukan hal itu setiap hari hingga satu tahun lamanya. 

Pada suatu hari, salah seorang dari Bani Mughirah iba melihat kondisinya. "Biarkan waniya yang sendu ini pergi, karena kalian telah memisahkannya dengan suami dan anaknya. Pergilah jika kamu hendak menemui suamimu!" ujar seorang dari Bani Mughirah tersebut.

Kemudian Bani Abdul Asad pun mengembalikan putranya yang sempat dipisahkan itu. Segera kemudian, Ummu Salamah dan putranya menaiki unta untuk menyusul suaminya di Madinah.

Sesampainya di kawasan Tan'im, Ummu Salamah bertemu Utsman bin Thalhah bin Abu Thalhah. Mengetahui Ummu Salamah hanya berdua dengan anaknya, Utsman bin Thalhah tidak tega, ia pun kemudian mengantarkan Ummu Salamah dan anaknya menuju Madinah.

"Demi Allah. Aku tidak pernah mengetahui keluarga kaum Muslimin mengalami apa yang menimpa keluarga Abu Salamah, dan aku tidak pernah menemukan seorang sahabat yang lebih mulia dari Utsman bin Thalhah," ujar Ummu Salamah.

Apa yang telah dilakukan kaum Quraisy ini, adalah untuk mematahkan semangat hijrah Abu Salamah ke Madinah. Akan tetapi, keimanan Abu Salamah telah tertancam di dalam hati, sehingga gagalah upaya kaum Quraisy untuk menghentika hijrahnya.

photo
Hijrah, ilustrasi - ()

Perampasan

Umar bin Khattab, mempersiapkan strateginya bersama 'Ayyasy bin Abu Rabi'ah dan Hisyam bin Al-'Ash bin Wa'il As-Sahmi. Ketiganya dari kabilah yang berbeda. Mereka janji bertemu di luar kota Makkah, di sebuah kawasan menuju Madinah. 

Umar bin Khattab telah menentukan tanggal dan waktu secara pasti, sehingga jika salah seorang di antara mereka terlambat, maka yang lain tetap melanjutkan hijrah tanpa menunggu. Karena yakin bahwa sahabatnya itu pasti tertahan. Hisyam bin Al'Ash telah ditahan lebih dulu. Sehingga Umar hanya berjumpa di pohon dengan 'Ayyasy. 

Ketika mereka sampai di Madinah, tepatnya di kawasan Quba, tiba-tiba Abu Jahal dan Harits datang menemui 'Ayyasy. Mereka berdua menyampaikan bahwa ibunya berjanji tidak akan pernah menyisir rambut dan akan terus berdiri di bawah terik matahari sebelum bertemu 'Ayyasy kembali.

"Demi Allah, bahwa kaum Quraisy tidak menginginkan melainkan memalingkanmu dari agamamu ini, maka berhati-hatilah terhadap mereka. Demi Allah, jika ibumu terserang kutu maka ia pasti akan bersisir, dan seandainya panas matahari begitu terik, maka ia pasti akan berlindung," kata Umar.

Sayangnya ucapan Umar tidak diindahkan oleh 'Ayyasy yang terlanjur mengkhawatirkan kondisi ibunya. Umar yang masih ragu dengan tipu muslihat abu jahal lantas menyerahkan untanya yang dapat berlari kencang kepada 'Ayyasy. Umar berpesan apabila di tengah perjalanan, saudaranya itu berkhianat agar cepat berlari dengan untanya.  

Di perjalanan kembali menuju Makkah, Abu Jahal kembali membual, bahwa untanya telah lemah sehingga meminta 'Ayyasy untuk memboncengnya. Saat Ayyasy menundukkan untanya, saat itulah Abu Jahal menyerangnya, mengikat dan menahannya.

Penahanan

Kaum Quraisy menahan dengan cara mengikat kedua tangan dan kaki kepada siapa saja yang hendak berhijrah ke Madinah. Mereka diawasi dengan ketat sehingga tidak memungkinkan untuk kabur. Bahkan ada juga yang ditahan di sebuah bangunan tanpa atap sehingga terik matahari dapat menambah perihnya siksaan, seperti tempat tahanan 'Ayyasy dan Hisyam. 

Penahanan tersebut dilakukan sebagai pelajaran dan peringatan kepada kaum Muslimin di Makkah yang hendak hijrah ke Madinah agar mengurungkan niatnya. Sayangnya rencananya itu tidak berhasil sepenuhnya, karena kaum muslimin tetap berhijrah serta 'Ayyasy dan Hasyim pun berhasil melarikan diri untuk kembali hijrah ke Madinah.  

Perampasan harta 

Shuhaib bin Sinan An-Namari diserang bangsa Romawi dan disandera sejak masih kecil dan dijadikan hamba sahaya. Hingga Abdullah bin Jud'an membelinya dan memerdekakannya. Kemudian ia memeluk Islam dan berhijrah. Sayangnya rencananya itu diketahui penduduk Makkah.  

"Wahai Shuhaib, dahulu kamu datang kepada kami sebagai orang miskin dan hina. Kemudian kamu mendapat harta yang banyak dan mencapai kedudukan yang kamu nikmati di Makkah. Sekarang kamu hendak keluar membawa harta dan jiwamu begitu saja? Demi Allah itu tidak akan bisa terjadi," kata salah seorang penduduk Makkah. Shuhaib pun kemudian menyerahkan seluruh hartanya agar bisa melanjutkan hijrahnya ke Madinah.  

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement