Kamis 20 Aug 2020 20:14 WIB

Penelitian Sebut Madu Lebih Baik untuk Batuk dan Pilek

Madu lebih efektif dalam meredakan gejala penyakit seperti flu dan pilek

Rep: Kiki Sakinah/ Red: Gita Amanda
Madu baik untuk mengobati batuk dan pilek.
Foto: pixabay
Madu baik untuk mengobati batuk dan pilek.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah penelitian baru mengungkap, bahwa madu mungkin menjadi pengobatan yang lebih baik untuk batuk dan pilek ketimbang obat bebas (obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter). Para peneliti mengatakan, madu lebih efektif dalam meredakan gejala penyakit seperti flu dan pilek daripada pengobatan komersial biasa.

Selain itu, madu juga disebut dapat memberikan alternatif antibiotik yang lebih aman, lebih murah dan lebih mudah tersedia. Karena itulah, mereka mendorong dokter untuk mempertimbangkan merekomendasikan madu kepada pasien sebagai pengganti resep antibiotik. Sebab, resep antibiotik sendiri dapat menyebabkan efek samping dan menyebabkan resistensi antibiotik bila digunakan secara berlebihan.

Baca Juga

Madu telah lama digunakan sebagai obat rumahan untuk batuk, namun efektivitasnya dalam mengobati penyakit umum belum banyak diteliti. Para dokter dari Medical School and Nuffield Department of Primary Care Health Sciences di Oxford University, menganalisis bukti yang ada untuk menentukan bagaimana gejala infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) meresponnya. ISPA adalah penyakit mirip flu biasa yang menyerang hidung, sinus, faring, atau laring.

"Madu lebih unggul dari perawatan biasa untuk perbaikan gejala infeksi saluran pernapasan bagian atas," tulis para peneliti tersebut dalam jurnal BMJ  Evidence-Based Medicine, dilansir di CBS Sacramento, Kamis (20/8).

Penelitian itu menyebutkan, bahwa madu menyediakan alternatif antibiotik yang banyak tersedia dan murah. Madu dapat membantu upaya untuk memperlambat penyebaran resistensi antimikroba. Akan tetapi, mereka mengatakan bahwa uji coba terkontrol plasebo berkualitas tinggi lebih lanjut diperlukan.

Para peneliti mengumpulkan hasil dari 14 studi, sembilan di antaranya hanya melibatkan anak-anak. Madu paling banyak dibandingkan dengan perawatan yang lebih konvensional seperti obat-obatan yang dijual bebas.

Namun, ketika mereka melihat penelitian yang membandingkan madu dengan plasebo, penulis tidak dapat mencapai kesimpulan yang sama seperti yang mereka lakukan saat melihat penelitian perbandingan lainnya. Mereka mengatakan lebih banyak penelitian harus dilakukan untuk perbandingan itu.

Badan kesehatan masyarakat Inggris telah berulang kali memperingatkan tentang bahaya penggunaan antibiotik secara berlebihan. Pada 2018, mereka mengatakan bahwa jutaan prosedur pembedahan dapat mengancam jiwa jika efek antibiotik berkurang melalui resep yang berlebihan.

"Karena sebagian besar ISPA adalah virus, resep antibiotik menjadi tidak efektif dan tidak sesuai. Namun, kurangnya alternatif yang efektif, serta keinginan untuk menjaga hubungan pasien-dokter, keduanya berkontribusi pada antibiotik daripada resep," kata penulis dari penelitian tersebut.

Sebuah katalog besar dari penelitian sebelumnya telah membuktikan bahwa madu memiliki kekuatan untuk membunuh bakteri. Penelitian telah menunjukkan bahwa madu efektif melawan lusinan genus bakteri, termasuk E. coli dan salmonella.

Jenis madu tertentu dari Selandia Baru, yang disebut manuka, dan madu tualang Malaysia telah terbukti melawan bakteri Staphylococcus dan bakteri pencernaan yang menyebabkan tukak saluran pencernaan (peptic ulcer), H. pylori.

Sementara itu, studi lain terhadap 139 anak-anak menemukan bahwa madu melakukan pekerjaan yang lebih baik dalam meredakan batuk di malam hari dan meningkatkan kualitas tidur, daripada penekan batuk yang populer dekstrometorfan dan antihistamin diphenhydramine (sering dijual dengan merek Benadryl).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement