REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR - Seorang warga Cijeruk Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Mahir Alwi yang dikenal sebagai pemilik Mahir Farm kini mampu meraup untung miliaran rupiah dari bisnis kambing qurban yang ia modali Rp200 ribu.
"Solusi ekonomi umat adalah beternak kambing. Marketnya qurban, akikah, dan resto. Tahun ini penjualan tembus 18.000 ekor kambing," ungkapnya, Kamis (20/8)
Pria berusia 35 tahun itu mengawali kisah berdagangnya ketika duduk di bangku SMP di Kota Pasuruan Jawa Timur. Bisnis daging kambing itu ia lakukan bersama seorang temannya yang saat itu baru saja ditinggal wafat orang tuanya, dengan harapan agar tak putus sekolah.
"Waktu itu modal awal kita Rp200 ribu. Pagi sepulang mengaji di pesantren, saya mulai menjajakan dagangan. Saya membeli daging di pasar lalu memotongnya sendiri di rumah," tuturnya.
Bisnis itu terus berkembang, bahkan ketika Mahir Alwi bersama temannya duduk di bangku SMA sudah memiliki kios khusus berjualan daging kambing. Namun, Mahir Alwi merasa belum puas dengan berjualan daging kambing di kios. Ia memutuskan keluar dari bisnis bersamanya untuk kemudian membuat kandang kambing, dengan orderan pertamanya senilai Rp15 juta.
Ia melihat peluang besar dari bisnis peternakan kambing domba tersebut, yaitu membidik pemesanan partai besar dengan cara mengikuti tender pengadaan domba kambing untuk bantuan sosial.
"Jumlahnya cukup wow, tapi karena 4.000 ekor (kambing) belum paham, masih sempat ada trouble," kata Mahir.
Sayangnya, di tengah kesuksesan Mahir Alwi menjadi distributor kambing, sempat terpuruk ketika mendapat tender ekspor kambing dan domba ke Malaysia. Saat itu ia ditipu dengan kerugian ratusan juta.
"Waktu itu, blong tidak terbayar oleh customer zaman segitu ratusan juta, tanah terjual, mobil abah terjual. Semua terjual, masih punya utang lagi, saya ke Medan dari situ saya dapat koneksi ke bank, Alhamdulillah satu tahun lunas," tuturnya.
Meski sudah merugi ratusan juta, kegigihan Mahir Alwi tak luntur. Ia kembali mendapat ekspor kambing domba ke Malaysia. Tak kapok dengan pengalamannya, ia mengubah pola penjualannya dengan lebih memperhatikan sistem marketing dibanding produksi.
Sejak sekitar dua tahun silam, ia bersama delapan rekannya membentuk Lembaga Kurban Indonesia, yakni lembaga pengadaan daging kurban yang memiliki misi menyosialisasikan tata laksana berkurban yang tepat.
"Ada banyak kesalahan tata laksana kurban, paling dasar yaitu menyembelih hewan kurban di masjid. Padahal rasul tidak pernah menyembelih (hewan kurban) di masjid, tapi di lapangan terbuka. Menjaga kesucian masjid itu wajib, sementara ibadah kurban itu sunnah," ungkap Mahir Alwi.
Menurutnya, perlahan ia melalui Lembaga Kurban Indonesia mulai mengikis tradisi masyarakat menyembelih hewan qurban di masjid, dengan menawarkan harga paket qurban yang sangat terjangkau.
"MUI (Majelis Ulama Indonesia) pun terketuk untuk mengatur tata laksana kurban. Maka MUI membuat program prodombas. Kita punya mimpi negara-negara muslim tetangga harusnya (pesan) dari kita," tuturnya.
Mahir Alwi kini bersama delapan rekannya membuka cabang di sembilan wilayah pemasaran, yakni Bogor, Malang, Sidoarjo, Yogyakarta, Cilacap, Cirebon, Palembang, Lampung, dan Medan.