REPUBLIKA.CO.ID, BAMAKO -- Kolonel Angkatan Darat Assimi Goita menyatakan diri sebagai kepala junta (dewan pemerintahan) Mali yang menggulingkan Presiden Ibrahim Boubacar Keita melalui kudeta pada Selasa (18/8). Juru bicara Goita, sementara itu, berupaya meyakinkan rakyat bahwa kehidupan sehari-hari kembali normal mulai Kamis.
"Saya, Kolonel Assimi Goita, presiden Komite Nasional untuk Penyelamatan Rakyat (CNSP)," kata Assimi, yang mengenakan seragam tempur, kepada para wartawan, Kamis.
Anggota-anggota junta pada Rabu (19/8) malam melakukan pertemuan dengan para pejabat pemerintah untuk memetakan pengembalian stabilitas, satu hari setelah Presiden Keita ditahan dalam kudeta. Kudeta mengguncang negara yang selama ini didera kerusuhan sipil dan pemberontakan kalangan garis keras.
Kudeta juga dikecam oleh kalangan internasional dan organisasi-organisasi kawasan. "Menyusul peristiwa kemarin yang menyebabkan pergantian kekuasaan, kami percaya bahwa adalah tugas kami untuk menyatakan posisi kami kepada sekretaris jenderal (kementerian), sehingga mereka mungkin dapat segera bekerja," kata Goita.
Tidak terlalu ada keterangan soal kepemimpinan junta, yang mencakup beberapa kolonel lainnya. "Ibu Kota Bamako untuk hari kedua berturut-turut pada Kamis terlihat tenang," kata seorang wartawan Reuters.
Orang-orang tampaknya mengindahkan seruan juru bicara junta, Kolonel Emmanuel Wague, untuk dengan bebas menjalankan bisnis mereka dan memulai kembali kegiatan.
Massa pada Selasa berbondong-bondong pergi ke jalan-jalan di ibu kota untuk merayakan kudeta. Pada Rabu pagi, Wague membacakan pengumuman pengambilalihan kekuasaan oleh militer, yang berjanji untuk menyelenggarakan pemilihan nasional dalam waktu yang "masuk akal".
Pada Rabu malam, ia mengatakan pegawai negeri juga harus kembali bekerja mulai Kamis.