Jumat 21 Aug 2020 12:49 WIB

Penelitian: Bank Syariah Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi didongkrak bank syariah.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
Penelitian: Bank Syariah Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi. Foto: Ekonomi syariah (ilustrasi)
Foto: Islamitijara.com
Penelitian: Bank Syariah Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi. Foto: Ekonomi syariah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, RUSIA--Ekonom sekaligus Profesor di South Ural State University, Rusia, Aviral Kumar Tiwari, melakukan penelitian hubungan antara perkembangan perbankan Islam dan indikator pertumbuhan ekonomi di negara-negara Islam. Dalam analisis yang dilakukannya dengan beberapa rekannya dari Tunia, Oman dan Amerika ini, Tiwari memfokuskan penelitiannya pada negara-negara Islam di Timur Tengah dan Afrika Utara.

Para peneliti meneliti dampak perkembangan perbankan Islam terhadap pertumbuhan ekonomi di Timur Tengah, Afrika Utara, dan Teluk Persia. Adapun alasan yang menarik minat Tiwari adalah perkembangan perbankan Islam yang menurutnya terus bergerak masif dan mengesankan.

Dari penelitian itu, diketahui bahwa bank syariah memberikan bagian yang signifikan dari pinjaman mereka untuk proyek konstruksi dan real estat, yang pada gilirannya berkontribusi pada perluasan modal tetap, yang merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi. Mereka dapat meningkatkan tabungan orang-orang yang menahan diri dari menyimpan uang di deposito di bank konvensional, yang secara konsisten meningkatkan jumlah tabungan domestik dan bagian perantara keuangan.

“Kami meyakini bahwa semua variabel perbankan syariah (pinjaman, pinjaman bersih, simpanan dan ukuran Bank Islam) berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dalam perkembangan normal dan lambatnya sektor keuangan, sedangkan dalam konteks ekspansif cepat," tulis Tiwari dalam hasil penelitiannya dipublikasikan di Economic Systems yang dikutip di Pakistan Observer, Jumat (21/8).

 

"Perkembangan sektor keuangan, pinjaman Bank Islam mengurangi pertumbuhan ekonomi negara-negara Islam. Mungkin karena distribusi risiko yang lebih tinggi selama 'overheating' ekonomi atau karena kecenderungan mereka untuk berinvestasi di real estate, yang mungkin tidak terlalu produktif,” jelas Dr. Tiwari.

Hasil penelitian ini menguatkan asumsi adanya hubungan asimetris antara kedua variabel tersebut dalam kondisi ekonomi yang berbeda. Pembiayaan dalam negeri yang disediakan oleh sektor perbankan Islam di Timur Tengah dan Afrika Utara terbukti berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi.

“Politisi harus menerapkan reformasi ekonomi dan keuangan untuk mendorong investasi asing langsung dan memudahkan pembatasan yang mencegah masuknya investor asing. Ini adalah tujuan dari inovasi masa depan yang baru-baru ini diadopsi oleh negara-negara Teluk (misalnya, strategi Visi 2030 untuk Arab Saudi dan Qatar)," tambahnya. 

"Selain itu, bank harus berhati-hati dalam membiarkan pinjaman sektor swasta dipercepat. Terakhir, pihak berwenang harus mendukung peningkatan investasi dalam modal manusia agar ekonomi dapat berkembang lebih cepat, dan peningkatan keterbukaan perdagangan dapat menjadi faktor positif bagi pertumbuhan ekonomi,” kata Dr. Tiwari menambahkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement