Jumat 21 Aug 2020 12:40 WIB

Studi Temukan tak Ada Infeksi Ulang pada Penyintas Covid-19

Kemungkinan, keluhan yang dirasakan penyintas Covid-19 adalah gejala sisa.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
Virus corona (ilustrasi). Peneliti menyebut, sulit untuk mengatakan dengan yakin apakah betul ada kekambuhan pada pasien yang pulih dari Covid-19 karena beberapa gejala sisa dapat disalahartikan sebagai gejala infeksi baru.
Foto: www.freepik.com
Virus corona (ilustrasi). Peneliti menyebut, sulit untuk mengatakan dengan yakin apakah betul ada kekambuhan pada pasien yang pulih dari Covid-19 karena beberapa gejala sisa dapat disalahartikan sebagai gejala infeksi baru.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI — Sebuah studi yang dilakukan sejumlah peneliti bersama dengan dokter mengatakan, tidak ada bukti bahwa Covid-19 bisa kembali menyerang penyintas penyakit ini. Soalnya, ada kecenderungan gejalanya bisa disalahartikan.

Giridhar Babu, anggota dari satuan tugas penelitian Epidemiology and Surveillance Indian Council of Medical Research, mengatakan bahwa sulit untuk mengatakan dengan yakin apakah betul ada kekambuhan pada pasien yang pulih dari Covid-19 karena beberapa gejala sisa dapat disalahartikan sebagai gejala infeksi baru.

Baca Juga

"Kami melihat bukti dari seluruh dunia bahwa tidak ada infeksi ulang jadi ketika kami mengatakan itu hanya terjadi di India maka itu mungkin sesuatu yang baru," ujar Babu, dilansir Times Now News, Jumat (21/8).

Swapnil Kulkarni, dokter spesialis di departemen pulmonologi Rumah Sakit KEM yang berbasis di Mumbai, India mengatakan, tidak ada bukti bahwa infeksi ulang terjadi pada pasien yang pulih dari Covid-19. Ia menyebut, ada laporan dari China pada awal tahun ini tentang infeksi berulang dari virus corona jenis baru, tetapi tidak ada informasi lebih lanjut yang diterima tentang itu dan selain itu tidak ada laporan kambuh.

"Ada kasus di mana hasil tes RT-PCR menunjukkan hasil positif untuk pasien yang telah pulih dari Covid -19 karena tes ini mendeteksi sisa-sisa virus mati di dalam tubuh,” jelas Kulkarni.

Kulkarni mengatakan, sisa-sisa virus tidak berbahaya dan membutuhkan satu atau dua bulan untuk luruh dari tubuh. Tidak ada kejelasan apakah tes ini positif karena infeksi ulang atau karena adanya sisa-sisa infeksi terdahulu. Selain itu, persentase negatif palsu dan positif cukup tinggi dalam tes RT-PCR.

Beberapa pasien yang pulih datang untuk tindak lanjut, tetapi baik Kulkarni  maupun Babu, belum menemukan infeksi berulang dengan gejala yang tepat. Untuk memastikan bahwa virus telah menginfeksi pasien yang sembuh kembali terinfeksi, virus harus dikultur di laboratorium dan itu membutuhkan fasilitas laboratorium tingkat BSL 3.

Fenomena ini dapat disalahartikan dengan gejala pasca Covid-19, seperti kelemahan, sesak napas, dan saturasi oksigen yang buruk yang dapat berlanjut untuk beberapa waktu pada pasien yang pulih. Sudhir Patsute, pengawas medis, Rumah Sakit Naidu, juga membantah laporan kambuhnya penyakit atau infeksi berulang.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement